Ada ketakutan tersendiri memikirkan tentang anak Vania yang bisa jadi adalah anak mas Raka. Aku tidak menyalahkan kehadirannya karena memang sebelum mengenalku mereka terlebih dahulu merajut kisah. Aku hanya takut, mas Raka yang sepertinya sangat menginginkan seorang anak itu, akan lebih senang berada di samping Vania seiring berjalannya waktu dan mulai melupakan keberadaanku. Lalu memilih melupakanku karena sudah nyaman seperti caranya melupakan mbak Zia setelah menjadi nyaman di sampingku. Mungkinkah ini yang di sebut karma karena aku merebut kekasih dari sepupuku sendiri? Setiap memikirkan itu entah kenapa dadaku sesak dan mataku memanas. Kehadiran Vania memperkuat rasa bersalahku pada mbak Zia. “Nyonyah hari ini mau bayam dulu yang dimasak atau selada air dulu?” Pertanyaan bi Wati mem