Kamis (13.13), 23 Juli 2020 ------------------------ Di detik itu, rasanya jantungku berhenti berdetak. Tubuhku juga menegang sempurna seolah-olah berubah menjadi patung. Sementara di seberangku—terpisah meja kerja yang lebar—Pak Arvin tampak biasa saja. Dia duduk dengan tenang di kursi seraya meletakkan gelas kosongnya di atas meja. Aku ternganga, tak bisa mengalihkan perhatianku dari wajah itu. Bahkan kini seluruh tubuhku terasa menggigil. Bukan hanya akibat hawa dingin yang kian pekat, melainkan juga akibat pertemuan tak terduga ini. Tiba-tiba Pak Arvin mendongak menatapku. Keningnya berkerut. Mungkin dia merasa heran mengapa aku tetap berdiri dengan mulut terbuka menatapnya. “Apa ada masalah?” “Eh.” Aku tersentak. Bukan karena pertanyaannya. Tapi akibat suara familiar yang mengal