Ari membawa baki berisi makanan ke kamar. Ia juga menyiapkan air hangat dan obat untuk Marvel. Ia duduk kembali di tepi ranjang setelah membantu Marvel menyandarkan punggungnya dengan bantal. "Nah, buka mulut kamu. Aahh!" Ari mengangkat alisnya agar Marvel menurut. Namun, Marvel benar-benar tak berselera makan sejak siang tadi. Ia merasa gila. Apa yang akan ia katakan pada Ari? Ia malu, ia takut Ari tak lagi mencintainya jika tahu ia tidak subur. Jadi, yang ia lakukan hanyalah menatap wajah cantik Ari. Ia tak ingin kehilangan Ari. "Ayo dong, makan dikit abis itu minum obat," ujar Ari lagi. Marvel menurut kali ini. Ia makan suapan Ari lalu mengunyah perlahan. Di depannya Ari masih merasa bingung. Marvel tak pernah sediam ini. Ia terus berpikir apakah ia telah berbuat salah? Ia memang s