Saat Alexandre telah berdiri, dengan segera aku meraih tangannya yang ramping. Ia membalikkan tubuhnya dan memiringkan kepala seolah sedang bertanya ‘ada apa?’. Aku menatap wajahnya yang bingung sesaat lalu mengangkat sedikit sudut bibirku dan berkata, “Jangan pergi.” Alexandre Wang mengerutkan dahinya saat melihatku menahannya. Ia tidak melepaskan tanganku, tapi ia menatapku lekat sambil membungkukkan tubuhnya mendekat padaku. Ia mengulurkan tangannya menyentuh sudut bibirku. Seketika aku mendesis karena sakit. Kemudian ia segera kembali duduk di sampingku dan memeriksa wajahku. “Emira, apa yang sebenarnya terjadi padamu? Sudut bibirmu luka dan memar.” Alexandre bertanya padaku dengan wajah khawatir. Ia mengangkat tubuhku mendekatinya lalu memelukku dengan erat. “Maaf,