“Semenjak bunga yang indah di yali ini pergi meninggalkanku, semenjak itulah bunga ini di tanam di seluruh halaman yali ini.” Alexandre menjawab sambil memejamkan matanya dan menghirup udara malam yang berhembus dari Selat Bosphorus. Ia menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya dengan kasar. Ia kembali membuka matanya dan menatapku begitu dalam, “Dengan harapan suatu saat bunga yang pernah mekar di dalam yali yang besar ini akan kembali ke sisiku lagi.” Aku kembali tersentak mendengar ucapan Alexandre yang tenang tapi sangat menyentuh itu. Aku sangat mengerti maksud Alexandre menyebut bunga di yali itu adalah aku. Aku juga bisa melihat kepedihan yang ia simpan di hatinya dari bola matanya yang mulai memerah dan berkaca-kaca itu. “Kamu tidak pernah berubah dari dulu.” “A