Ch-6

1073 Kata
Gadis itu tiba di rumah sekitar pukul tiga sore. Dia sengaja pergi ke perpustakaan untuk menambah buku yang ingin dipelajarinya. Ketika tiba di rumah dia melihat Roger duduk di sofa seperti biasanya. Membaca selembar surat kabar di tangannya. "Ana?" Joana menghentikan langkahnya mendengar panggilan ayahnya. Gadis itu menoleh menatap wajah Roger yang meliriknya dengan ekor matanya. "Iya pa?" Jawabnya berusaha tersenyum. "Kenapa bibirmu lebam? Apa kamu terjatuh?" Tanyanya lagi sambil tersenyum melihat wajah pucat pasi putri angkatnya. Joana memang merasakan bibirnya sedikit terasa tebal, tapi tidak tahu karena dia belum melihatnya di depan cermin. Gadis itu masih terbengong seraya meraba bibirnya sendiri. "Kamu bahkan mengabaikanku, hah." Desah Roger menghela nafas panjang seraya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku putrinya. "Ah, apa ini terlihat begitu jelas?" Tanya Joana dengan polosnya menarik bibir bawahnya dengan tangan kanannya. "Kamu ini genius dalam pelajaran, selalu meraih nilai di atas rata-rata. Tapi aku baru tahu kalau kamu sangat tidak pandai bergaul. Terlalu lugu dan polos, aku takut kamu dipermainkan pria suatu saat nanti." Terangnya pada Joana. Gadis itu terdiam mendengar ucapan Roger. Hatinya membenarkan bahwa dirinya memang terlalu polos dan tidak mengerti dengan cinta, serta segala pernak pernik aksesoris yang berhubungan dengan apa yang disebut cinta. "Ayah khawatir Ana terluka?" Gadis itu tersenyum menghambur memeluk tubuhnya. "Ayah, Ana akan terus berjuang menjadi dokter yang hebat seperti ayah!" Ujarnya penuh semangat. Roger mengusap kepalanya, baginya Joana adalah putrinya. Dan itu benar, Joana adalah putrinya, ibu Joana sempat berhubungan asmara dengan Roger. Tapi keluarga ibunya menentang hubungan mereka berdua, karena waktu itu Roger masih bekerja sebagai dokter residen. Dengan gaji yang kecil, mereka khawatir akan membuat putri mereka satu-satunya hidup terlunta-lunta. Dan saat Roger sudah berhasil sukses di dunia kedokteran, ibu Joana sudah menikah dengan seorang Letjen kepolisian. Dia menerima kehamilan ibu Joana. Bahkan pria itu melindungi Joana dengan segenap jiwa raganya, padahal dia tahu itu bukan putri kandungnya. Sampai Joana tidak bisa mengetahui kebenarannya. Dia masih selalu merindukan ayahnya itu, yang telah tiada beserta seluruh anggota keluarganya. Pada malam itu, sebelum dibunuh. Ayah Joana menghubungi Roger untuk membawa keluarganya pergi, tapi malam itu dia datang terlambat. Saat tiba di rumah keluarga Joana mereka semuanya telah terbunuh kecuali putri sulungnya. Yakni darah daging Roger sendiri. Joana masih menyimpan dendam kesumatnya, dia sendiri tidak tahu kapan itu akan meledak keluar menunjukkan sisi kejam, bengis dirinya. Joana gadis berpenampilan polos dan lugu, apakah dia sedang menyamar sekarang? Menutupi segala kebenaran dari sisi dirinya yang sesungguhnya. Gadis genius dan cerdas di usianya. Gadis yang selalu serius dalam melakukan sesuatu, dan tidak pernah bermain-main sama sekali. Tersirat ketegasan terpancar pada sinar mata gadis itu, namun terbalut lembut dengan bingkai bulu matanya yang lentik. Menyembunyikan sinar mata yang tajam dan kejam. "Ayah? Joana ganti baju dulu." Pamitnya pada Roger seraya tersenyum lembut. Kemudian melangkah menuju ke dalam kamarnya di lantai atas. "Turunlah setelah itu, kita makan bersama-sama." Joana mengangkat telapak tangan kanannya seperti seorang polisi yang sedang hormat pada atasannya, untuk menjawab perintah dari ayah angkatnya itu. Setelah berganti pakaian Joana segera turun ke bawah, mereka berdua pergi keluar untuk makan bersama-sama di sebuah restoran. Mereka makan bersama-sama di sebuah restoran China, banyak pelanggan yang sedang menikmati sedapnya makanan menu hari itu. Mereka berdua menikmati semangkuk sup daging sapi. Menu favorit mereka berdua. "Uhk! Uhk! Uhk!" Joana tersedak ketika melihat Frans Walke masuk ke dalam restoran tersebut, dia bersama seorang wanita muda. Gadis itu bergelayut mesra pada lengannya. "Kenapa hatiku terasa rancu? Aku, kenapa aku merasa risau dan kesal melihatnya bersama dengan wanita lain?" Bisik Ana dalam hati kecilnya. Roger melihat perubahan sedih pada wajah putrinya, dia melihat ke arah Joana melemparkan pandangan matanya. Ketika dia melihat Frans Walke Roger tersenyum simpul. "Kamu menyukai musuhmu? Hah! Jangan-jangan pria itu juga yang telah membuat bibir putriku bengkak begini?" Kelakarnya menggoda putrinya. "Ah! Ayah!" Rajuknya seraya cemberut. Frans tercekat ketika melihat Joana merajuk bahkan memeluk pria paruh baya berstatus Presdir di rumah sakit ternama di kotanya. Setahu Frans Roger masih melajang sampai sekarang, bahkan tidak terdengar kabar sama sekali tentang kedekatan dirinya dengan wanita manapun. Frans segera berdiri dari kursinya penuh amarah tak tertahankan, tingkah lakunya membuat Carnelia terkejut. "Kakak mau kemana?" Tanyanya sambil menahan lengannya. Frans tidak menjawab pertanyaan dari adiknya, dia segera melangkah cepat menuju meja makan mereka berdua. Setibanya di depan meja Joana, tanpa ba bi bu, langsung menarik kerah baju Roger seraya mengepalkan tinjunya. "Apa yang pak dosen lakukan!? Lepaskan dia!" Teriaknya pada Frans. "Oh! Jadi ini selera gadis polos sepertimu? Pria om om bau tanah!" Ejeknya seraya melotot tajam ke arah Joana. "Kenapa memangnya kalau Om Om tua?! Kamu sendiri membawa wanita bermesraan dengan dia!" Entah sejak kapan Joana berani protes mengeluarkan isi hatinya tiba-tiba. Membuat Roger terkejut, pria itu menahan senyumnya melihat putrinya sudah dewasa. Frans segera melepaskan kerah baju Roger, tidak bisa berkata-kata, pria itu juga sangat terkejut mendengar kekesalan hatinya. Jika tidak ada siapapun di sana dia pasti sudah merengkuhnya erat dalam pelukannya, untuk meluapkan rasa bahagianya. Siapa yang tahu gadis itu cemburu padanya. Cemburu pada Carnelia adik kandung Frans Walke. Roger yang mengetahui segalanya tetap diam dan tenang, dia tidak ingin merusak pertunjukan menyenangkan hati itu. "Ayo kita pulang." Joana meraih lengan ayahnya, mengajaknya keluar restoran meninggalkan Frans mematung menatap kepergiannya. "Astaga! Menyebalkan sekali! Dia bahkan menggandeng tangan pria tua Bangka itu!" Gerutu Frans kesal sekali, pria itu menendang kursi dengan perasaan kacau. Joana terdiam selama berada di perjalanan menuju rumah mereka "Kenapa kamu tidak menjelaskan kalau aku adalah ayahmu?" Tanyanya pada Joana. "Tidak perlu ayah, Ana tidak mau bicara dengan pria playboy itu!" Masih mendengus kesal mengingat kejadian barusan di dalam restoran. "Kamu ingat gadis cantik yang berdiri di sebelahku?" Tanyanya pada Joana. "Kinanti?" Tanya Joana lagi, ayahnya menganggukkan kepalanya. "Gadis itu mati-matian mengejar Frans Walke. Sudah lima tahun ini, kalau ayah tidak salah menghitung." Ujar Roger dengan wajah cerah. "Lalu? Apa hubungannya denganku?" Gerutunya masih kesal sekali. "Sepertinya ayah tahu, hati Frans telah jatuh kali ini! Dan kamu tahu siapa gadis yang dia inginkan?" Tanya Roger lagi. "Tidak tahu! Dan tidak mau tahu!" "Kamu Ana.. Frans telah jatuh hati padamu." Ucapnya dengan tatapan lembut, sambil tersenyum mengusap kepalanya. "Hahaha! Ayah jangan bercanda! Frans dokter terkenal sejagat raya itu! Tidak mungkin memilki selera seburuk itu!" Elak Joana lagi, baginya memang mustahil mendapatkan pria setampan Frans Walke. Apalagi dirinya terlihat udik, tidak cantik, dan selalu tampil ala kadarnya. Selain itu tubuhnya juga tidak padat berisi seperti teman-temannya. Kulitnya juga kusam tidak terawat, ditambah rambut keritingnya yang amburadul acak-acakan kesana-kemari.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN