Candra mengamati uang segepok itu, tak mungkin ia menerimanya dengan senang hati. Bagaimana pun juga uang ini adalah kerja keras Laras selama ini, uang dimana ia rela lembur, dan dimakinya. Uang yang pernah menjadi penyemangat Laras menempuh teriknya matahari. Ya Tuhan, jika begini situasinya ia benar-benar menjadi manusia yang super tega. Padahal semalam ia tak bermaksud untuk benar-benar memaki Laras. Semua itu, karena memang ia menjadikan Laras sebagai pelampiasan atas apa yang ia rasakan. Namun sekarang Candra benar-benar menyesal, dan pekerjaannya menjadi keteteran. Memang tak seharusnya ia menyalahkan Laras, karena sejatinya wanita itu memang tak ada hubungannya dengan masalah ini. Candra mengusap wajahnya frustasi, merasa menjadi orang paling jahat di dunia. Ponselnya berdering,

