“Mama senang banget bisa jalan-jalan lagi sama kamu, Hilda. Pokoknya kamu nggak usah pikiran Anya, ya. Toh dia nggak keberatan melihat kita se-dekat ini,” ucap mama Candra sambil menggandeng lengan Hilda. “Mama yakin Anya nggak merasa keberatan?” tanya Hilda kemudian. “Yakin banget. Kalaupun ternyata dia keberatan, mama nggak peduli. Itu derita dia.” “Ma, aku boleh tanya sesuatu?” tanya Hilda. “Boleh dong. Mau bertanya apa, Sayang?” “Tapi nggak di sini. Gimana kalau kita ngobrol sambil minum kopi dingin?” Mama Candra tersenyum. “Ide bagus.” Tak lama setelahnya, mereka masuk ke kafe yang secara kebetulan mereka lewati saat sedang berjalan-jalan keliling mal. Tentunya ini kafe yang berbeda dengan yang Anya tunjuk tadi. Lagian beda lantai. Mereka sengaja memilih tempat duduk di paling