Satu jam setelah pertemuannya dengan Ida sekretaris Zio yang menagatakan semua hal secara gamblang, kini giliran Lastra bertemu dengan Diki. Duduk bersebrangan di sebuah resto dan saat ini, Giana yang baru saja terbangun berada di pangkuan Diki. “Jadi, barusan kamu ketemu sama Bu Ida?” tanya Diki menyelipkan telunjukknya di genggaman Giana. Lastra mengangguk, raut wajahnya penuh kerisauan. “Kamu pasti tahu sesuatu kan, Mas? Anggit? Kata Bu Ida, tuh cewek belakangan sering ke kantor. Apa mereka ketemuan juga di luar kantor, Mas? Aku sudah minta Bu Ida buat ngirim agenda Mas Zio tiap hari biar bisa mantau.” Diki menarik napas panjang, sebelum berbicara. “Aku gak enak ngomongnya, Last. Tapi, kalau gak diomongin, aku lebih salah lagi entar.” Perasaan Lastra semakin tidak menentu kalau sepe

