Lastra mengetuk-ngetuk jemarinya pada meja makan restoran cepat saji sambil menyesap milk tea yang sudah ia pesan untuk ke tiga kalinya. Sudah satu jam lebih ia berada di sana dengan pikiran yang berterbangan ke sana ke mari. Bodoh! seharusnya tadi pagi yang aku lempar itu gelas bukan hape. Lastra menggumam merutuki kebodohannya dalam hati. Kalau begini dia sudah pasti harus membeli ponsel lagi, keluar uang lagi, sedangkan saat ini ia sedang jadi pengangguran. Belum lagi ia harus cari tempat untuk menginap malam ini. Lastra bukannya tidak punya teman, ia punya, tapi semua nomor telepon temannya ada pada ponsel yang telah ia lemparkan tadi pagi. Tidak mungkin ia mendatangi salah satu mantannya untuk minta tolong, ia masih tau diri dengan statusnya sebagai seorang istri dari Fazio Andreas.

