Aku belum mengiyakan atau menolak ajakan Pak Dzaki untuk bertemu dan pergi besok, “besok pagi saya akan kabari.” “Ya, saya akan menantikanmu, Dil." Kemudian aku melirik ke luar kaca mobil, menatap ke gerbang menuju area tempat tinggalku berada, “Pak Dzaki mampir dulu,” “Langsung saja, besok baru saya mampir kalau kamu berikan jawaban ya.” “Oh, baiklah." Anggukku, agak lega dia tidak turun dan mampir ke kontrakanku. “Saya janji telepon sama Nara, tadi dia tahu saya masih di luar. Pasti menunggu, dia bisa menahan kantuknya sampai saya menepati janji untuk menelepon.” Sudut bibirku tertarik mendengarnya, sangat terasa semanja dan dekat apa Nara dengan ayahnya ini. “Kalau begitu saya turun ya,” Dia memberi anggukan, aku segera melepas sabuk pengaman dan membuka pintu. “Terima