Dengan ragu, Shakira menatap pesan yang belum terkirim dan akhirnya memutuskan untuk menghapusnya. Ia meletakkan ponselnya kembali di meja dan menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Tetapi di dalam hatinya, rasa cemasnya tetap tak bisa hilang. Shakira berkata sangat pelan, “aku harap dokter Zera segera menghubungiku.” Shakira duduk dengan punggung tegak di bangku dekat ruang ujian. Ia membuka laptopnya dan menyalakan layar. Tampilan slide presentasi skripsinya segera muncul di depan mata. Jari-jarinya yang sedikit gemetar mulai menekan tombol panah di keyboard, memeriksa setiap slide satu per satu. "Slide pendahuluan, oke... Tujuan penelitian, sudah sesuai," gumam Shakira sambil mengamati dengan cermat. Ia memastikan bahwa semua poin penting telah disorot dan format present

