“Setelah menikah dengan Bunga kok aku jadi merasa sial terus,” pikirnya dengan getir. Pandangannya kosong menatap layar komputer yang tak menyala, sementara pikirannya dipenuhi dengan penyesalan yang seolah menghantui tanpa henti. Kenzi terkejut ketika tiba-tiba seseorang membuka pintu ruangannya tanpa mengetuk terlebih dahulu. Ia menoleh ke arah pintu, dan ternyata Dimas, stafnya yang selalu terlihat berambisi, masuk dengan ekspresi wajah penuh kesombongan. “Pak Kenzi, silakan kemasi barang-barang Anda. Kita akan bertukar posisi. Mulai hari ini, saya yang akan menempati posisi Anda,” ujar Dimas dengan nada puas, sambil melipat kedua tangannya. Kenzi mengerutkan kening, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “Hari ini?” tanyanya, masih berharap ini salah. Namun, Dimas denga

