TENG TENG TENG TENG! Suara gaduh seperti panci yang dipukuli spatula berjalan mendekat dari arah tangga. Elan terbangun seketika. Biasa hidup seorang diri memang membuat ia jauh lebih peka pada suara. Dilongok langit di luar jendela. Masih gelap gulita. Pintu kamarnya terbuka. Asa masuk dengan panci dan spatula di masing-masing tangannya. Menggunakan apron. Ia lepaskan keempat ikatan yang mengekang pergerakan tubuh Elan. "Udah baikan?" tanyanya. "Udah banget," jawab Elan. "Buset, dah. Gak tersiksa apa lo diiket begini sepanjang malam? Gak ada yang gatel? Gak pegel? Gak mati rasa? Lo bukan maso atau semacam itu, 'kan?" tanya Asa menatap sinis. Dibangkitkan tubuhnya dan merenggangkan diri sedikit. "Aneh-aneh aja, deh. Hal-hal yang Kak Asa sebutin barusan nggak ada apa-apanya dibanding ra