Anak itu kehilangan nyawanya karena tenggelam, Bu. Bukan karena kita, ucap Pak Azka pada wanita belahan jiwanya untuk beri pembenaran akan segala tindakan. Walau di sini barangkali banyak dari kita sudah memahami bahwa ucapan atau bisa jadi pemikiran tersebut merupakan sesuatu yang sangat kacau. Tidak benar. Bahkan tidak ada justifikasinya sama sekali. Tapi malah diucapkan seolah semua adalah memang yang terjadi. Kegelapan macam apa yang kiranya saat ini tengah dilewati oleh putra kedua mereka? Untuk membayangkan rasa sakit serta deritanya saja. Wanita itu merasa sudah tidak kuasa menghela nafas dengan leluasa. Kenapa ia baru berpikir memikirkan rasa sakit yang si anak bungsu alami setelah ia tidak lagi ada di atas dunia? Mengapa tidak sejak dulu kala? Padahal bisa jadi dirinya dan belahan