Badai Elvano Britt Sommerhail (III) B

1418 Kata

Elan reflek memegang perutnya dan tertawa keras. Saat cuaca di luar lebih dingin timbang suhu AC dalam ruangan. Membuat luar sekolah sepi karena anak-anak lebih memilih ngerumpi di kelas atau membaca buku di perpustakaan. Kantin pun sepi. "AH HA HA HA HA HA HA HA, boleh juga lawakan lo, bro," puji anak itu menepuk-nepuk pundak Hanafi. Pok pok pok. "Cuaca sore ini jadi dingin banget, ya," komentar Hanafi merapatkan blazer seragamnya. "Wahh, kalau begini aja sih buat gue lebih kayak musim panas," balas Elan. "Emang sebelumnya lu tinggal di mana? Alaska? Kutub Utara? Arktik? Atau kota Mulia di Papua?" tanya Hanafi "ga jek si". Alias gak jelas maksi. Elan tersenyum menggaruk bagian belakang kepalanya. "Gue ini berdarah panas, sih. Jadi, punya ketahanan diri yang lebih baik sama uda

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN