Nala yang sudah tiba lebih dulu melongok menatap pemandangan yang ada di luar jendela. Rasaan bahagia yang sejak tadi begitu memenuhi perasaannya. Karena Kak Asa mengajak dirinya untuk berjumpa dengan sang sahabat ”belahan jiwa”. Secara tiba-tiba berubah menjadi suatu kesedihan dan juga kekecewaan yang sangat mendalam. Begitu mengecewakan. Seperti pertanda untuk kejadian tidak menyenangkan. Apakah pertemanan yang baru sekejap mata dengan Elan akan tetap berjalan sebagaimana yang ia harapkan? Atau malah suatu kenyataan secara terpaksa harus membuat ia membuka mata untuk merangkul realita? Ia tidak tau akan jadi yang mana. Anak remaja itu hanya menyeruput sedikit minuman kocok rasa cokelat di dalam gelas tinggi di atas meja. Mulai menyenderkan punggung di kursi dengan posisi paling nyaman.