Farza hanya bisa membalas dengan rentetan kata yang untuk dirinya sendiri tidak yakin memiliki makna apa. Ia, seperti milyaran manusia lain yang ada dan pernah hidup di atas dunia hanya berharap bisa melakukan yang terbaik sekalipun nasib tidak selalu sebaik yang manusia harap. Tak akan ia biarkan semua badai yang kadung bertiup dan menghancurkan begitu banyak hal berakhir seolah tak ada yang pernah terjadi. Harus ada timbal balik untuk rasa penyesalan tiada akhir yang kadung bersarang dalam diri. Dalam jiwa rada sendiri. BEgitu juga dengan kebahagiaan. Harus ada keyakinan bahwa ia sebentar lagi akan terbentang di hadapan mata tak ubahnya karpet merah yang menyambut para bintang dengan wajah indah lagi rupawan serta penuh cahaya yang menyilaukan. Asa, sebagai satu-satunya wanita yang saat