“Saya khawatir jika diri saya malah akan jadi beban untuknya. Tapi, saya sendiri tidak ingin terbebani dengan kehilangan dirinya. Apa Kak Asa tau? Saya ini sebenarnya sangat, sangat, sangat lemah. Lebih ke artian lemah yang di dalam, sih. Setiap ditimpa oleh suatu masalah yang saya pikirkan hanya bagaimana cara agar bisa mati secepat mungkin. Agar tak perlu menghadapi masalah serupa. Atau lebih buruk. Pikiran itu timbul dan terus tumbuh bagai kanker dalam hati saya. Perasaan iri. Kemarahan. Hati sesak. Jiwa kesepian. Sifat egois. Sikap pengecut. Bahkan entah bagaimana saya yakin jika sebentar lagi pun Elan akan mulai jengah pada sikap saya. Saya tidak pernah tau bagaimana cara menyesuaikan diri dengan dunia luar. “Saya lah yang baru turun dari gunung sebenarnya,” lanjut anak remaja laki-l