Seminggu terakhir ini, sejak keputusannya untuk bermain api dengan Leonardo, sisi liar Isabella—yang selama ini terpendam dalam diam—meledak ke permukaan. Setiap tanda yang ditinggalkan Leonardo di tubuhnya adalah protes, kemarahan, dan ejekan untuk Matteo. Kamu jual, aku beli! Matteo sudah menunggu di kamar, bersandar di bingkai jendela dengan segelas whiskey di tangan. Pria itu terlihat masih mengenakan setelan kerja berwarna abu-abu, tapi dasinya sudah kendur, rambutnya berantakan seperti habis diacak-acak berkali-kali. "Hebat ya... jam segini baru pulang..." Suaranya datar, tapi mata birunya yang biasanya teduh kini menggumpalkan seribu tuduhan. Isabella tidak terburu-buru menjawab. Dengan gerakan perlahan, dia melepas anting-anting berliannya—hadiah pernikahan dari Matteo—dan mele

