Tak berselang lama, pesanan yang Boy pesan pun telah selesai dihidangkan di atas meja makan yang berukuran panjang. Ada banyak menu yang tersaji, entah untuk apa Boy memesan menu sebanyak itu. "Ayo, Daania. Kenapa kau hanya menatap makannya saja? Katanya perutmu lapar." Boy menyandarkan Daania dari keterpukauannya. "I-iya, tapi kenapa kau memesan menu sebanyak ini? Kita kan hanya makan berempat? Kenapa juga kau harus memesan wine segala, memangnya kita akan minum-minum?" tanya Daania dengan banyak pertanyaan. Boy menyunggingkan sebuah senyuman. "Anggap saja malam ini ada sebuah perayaan karena aku dan Elsa bisa bertemu lagi dengan Evans pada kesempatan kali ini, sekalian bisa berkenalan denganmu sebagai istrinya. Ya, hitung-hitung kami bernostalgia." Daania menarik sebelah sudut bibirn

