Ancaman

2142 Kata
Evans melepaskan cengkeramannya dari rahang wajah Daania. "Kau pikir akan semudah itu untuk mengajukan perceraian denganku? Kalau kau tetap memaksa ingin bercerai, maka aku akan mengabulkan permintaanmu, tapi dengan syarat kau harus terima melihat kehidupanmu dan seluruh keluargamu aku buat hancur berkeping-keping!" Mata Daania terbelalak kaget mendengar ancaman Evans yang terdengar tidak main-main. Nyali Daania seketika menciut untuk melawan Evans, karena ia tidak punya keberanian untuk melawan lebih dari yang tadi ia lakukan, mungkin perlawanannya yang tadi akan menjadi yang pertama dan terakhir kalinya. "Hmm, Ev-Evans aku tidak seberani itu untuk melihat keluargaku hancur, tolong jangan lakukan itu pada mereka, aku menyesal telah bersikap kurang ajar padamu, aku tarik kembali ucapan yang tadi aku katakan saat emosi, aku janji tidak akan lagi melawanmu, ini akan menjadi perlawananku yang terakhir kalinya," ucap Daania terdengar gugup dengan bibir yang bergetar hebat karena rasa takut menyelimuti dirinya. Daania mengatupkan kedua tangannya di hadapan Evans. Evans makin memperlebar seringainya, ia cukup merasa puas melihat ketakutan Daania saat ini yang terus memohon kepada dirinya. "Lain kali jangan pernah kau berani membangunkan singa yang sedang tidur. Jangan kau pikir aku tidak tahu masa lalumu yang buruk, berhenti berakting di hadapanku mulai detik ini!" Evans pergi meninggalkan Daania seorang diri di balkon. Ia kembali masuk ke dalam kamar dengan meninggalkan semua pekerjaannya yang tertunda karena kedatangan Daania membuat pikirannya menjadi buyar. Daania kembali menitikkan bulir kesedihan atas segala penyesalannya, ia tak kuasa untuk menahan isak tangis yang sudah sangat menyesakkan dadanya. Tubuhnya terasa lesu, hingga ia menjatuhkan dirinya dan duduk bersimpuh di dasar lantai. "Aku menyesal Pah, aku menyesal karena bertindak ceroboh, papa benar ternyata hati Evans sulit untuk ditaklukkan, tidak seharusnya aku yang mengajukan diri untuk pernikahan yang tidak waras ini, mungkin kalau kak Diandra yang menjadi istri Evans dia akan bertahan dengan sikap Evans yang kejam itu. Aku menyesal Pah, rasanya aku ingin menyerah saja tapi semuanya sudah terlambat, karena aku sudah terjebak dalam ambisiku sendiri." batin Daania berteriak dalam hati dengan sekencang-kencangnya. Isak tangis Daania yang berada di balkon terdengar masuk hingga ke dalam kamar, membuat Evans merasa terusik dengan suara tangisan itu. Hal tersebut membuat Evans merasa jengah berada di dekat wanita yang cengeng, akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari hotel dan mencari hiburan malam di luar sana. Evans pergi dengan ditemani oleh Sekretarisnya yang bernama Dion dan beberapa bodyguard yang selalu mengawal di belakangnya. Evans ingin mengunjungi salah satu bar ternama di New York dan Dion sudah memboking private room VVIP sejak perjalanan mereka dari hotel menuju bar. Dalam setahun Evans memiliki catatan pernah mengunjungi bar langgannya ini sebanyak 150 kali, biasanya ia akan datang ketika otaknya terasa kalut dan butuh hiburan. Kedatangan Evans kemari bukan untuk bermain dengan banyak wanita atau menikmati cinta satu malam seperti lelaki pada umumnya yang sengaja datang untuk hal itu, Evans hanya akan menikmati musik sambil minum beberapa botol koktail hingga hati dan pikirannya merasa tenang, baru dia akan kembali pulang. Setiap kedatangan Evans ke bar, manager dan beberapa bawahannya selalu menyambut kedatangan Evans dengan penuh rasa hormat, mereka selalu memberikan pelayanan paling terbaik untuk tamu terhormat seperti Evans. Saat kemunculan Evans berjalan memasuki bar, semua sorot mata tertuju padanya, bagaimana tidak, seorang pengusaha kaya dan sukses mau datang ke tempat bar yang sama seperti mereka berada saat ini. Ketampanan Evans membuat silau wanita-wanita yang memandang ke arahnya, mereka sangat berharap mendapatkan satu kesempatan untuk dapat menyentuh wajah Evans. Namun jangankan menyentuh, semua orang yang tidak berkepentingan dilarang mendekat dengan menjaga jarak tiga meter dari Evans, jika ada yang berani mendekat dan membuat suasana hati Evans tidak tenang, maka Sekretaris Dion tidak akan segan untuk menghajar orang yang berani menggangu ketenangan Tuannya dengan menggunakan tangannya sendiri. Semua orang tahu, bahwa orang yang berada di belakang Evans adalah seseorang yang bertangan dingin. Dion tak pernah segan untuk menghabisi orang yang berani mengusik kehidupan Tuannya, dia selalu memberikan ancaman yang tidak pernah main-main dan biasanya dalam waktu 1 x 24 jam perkataannya akan terbukti menjadi kenyataan. "Selamat malam Tuan Evans," sapa para wanita yang hanya dapat melihat tubuh tinggi Evans penuh rasa kagum, saat lelaki bertubuh kekar yang memiliki otot-otot seksi itu melintasi mereka menuju private room. Evans hanya fokus memandang ke depan tanpa memperdulikan sapaan dari orang yang mengaguminya. Jangankan untuk tersenyum, dia tidak akan melirik pada mereka semua yang memanggil-manggil namanya. Setibanya di dalam private room, beberapa orang pelayan masuk untuk menyediakan pesanan Evans yang dipesankan melalui Dion. Evans mulai menikmati hidangan yang tersaji dengan santai, sembari mendengarkan alunan musik yang terdengar indah di telinganya. Memberikan ketenangan dari penat setelah terlalu lama berada satu ruangan dengan wanita yang sangat tidak diinginkan keberadaannya. Beruntungnya Luna dan Erick sudah check out dari hotel, karena jadwal mereka yang sangat padat di luar sana sampai tidak dapat berlama-lama untuk bersantai ria. Maka dari itu Evans berani meninggalkan istri pajangannya itu di hotel sendirian untuk mencari hiburan. "Dion, dimana acara anniversary perusahaan tahun ini?" tanya Evans membuka obrolan dengan Sekretarisnya yang sudah bekerja dengannya selama 5 tahun belakangan ini. "Tuan Erick sudah menentukan lokasinya sejak kemarin di acara pernikahan anda, Tuan. Lokasinya di hotel yang sama dengan tempat anda mengadakan pesta pernikahan kemarin." Dion menjawab dengan lugas, tanpa ada kesalahan kata yang meleset. "Kenapa harus hotel itu?" tanya Evans dengan alis yang saling bertaut. "Kata Tuan Erick karena Nona Daania sangat menyukai hotel yang menjadi tempat pernikahannya bersama anda." "Kenapa Daddy harus repot-repot sih, untuk selalu memberikan apa yang wanita itu suka?" batin Evans sambil menggeram. Namun Evans tidak ingin memikirkan hal itu, ia memilih untuk melanjutkan niatnya berada di bar ini tanpa membicarakan hal luar yang dapat merusak suasana hatinya. Keadaan di hotel sudah kembali tentram, tidak ada lagi suara isak tangis yang terdengar menyesakkan d**a, Daania sudah sedikit lebih tenang, tidak serapuh saat Evans merendahkannya tadi. Butuh waktu dua jam untuk Daania meluapkan perasaannya, ia akan mulai belajar untuk menerima apapun yang diperintahkan oleh Evans, ia ingin hidup tenang asal bergelimang harta, ia akan menikmati statusnya setelah menikah dengan Evans dan menjadi Nona muda dari keluarga Cruise, statusnya kini sedang heboh dibicarakan di seluruh pemberitaan tv, hingga berita tentangnya menjadi trending topik. Bagaimana tidak, Daania menikah dengan hot billionaire tersukses di New York. Daania iseng-iseng mengaktifkan ponselnya yang sejak semalam sengaja ia matikan. Banyak pesan yang masuk melalui aplikasi pesan singkat di ponselnya, satu persatu Daania membaca pesan yang masuk dan membalasnya dengan singkat, hingga kini tiba di pesan terakhir membuat mata Daania berbinar saat membaca salah satu dari sepuluh pesan yang berisi mengenai tawaran main film dengan bayaran yang sangat fantastis. "Serius Tuan Johar nawarin aku main film dengan harga setinggi ini? Wah ternyata pernikahanku dengan Evans menaikkan harga kontrakku di industri perfilman, aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menaikkan popularitasku, aku akan membuktikan pada mereka yang dulu pernah meremehkan kemampuan dan bayaranku yang tidak seberapa itu. Sekarang aku sudah menjadi wanita kaya raya dan honorku naik sepuluh kali lipat setelah menikah dengan Evans." Daania tengah berbahagia karena tawaran yang sangat menggiurkan untuknya, dan akan sangat sayang jika ditolak. Daania mencoba menghubungi beberapa kali nomor ponsel Evans untuk meminta izin sebelum membalas pesan dari Tuan Johar, namun tak sekalipun Evans menjawabnya, Daania juga tidak tahu kemana perginya Evans tanpa kata pamit sejak dua jam yang lalu. Hingga akhirnya Daania memilih untuk menghubungi Luna. "Halo Mommy, selamat malam," ucap Daania menyapa Luna lebih dulu dengan suara ceria saat panggilan mereka mulai tersambung. "Hi, malam juga sayang. Apa kamu sudah baik-baik saja? Masih demam tidak?" tanya Luna yang masih mengkhawatirkan kondisi menantu kesayangannya itu. "Daania sudah baikan kok Mom, terima kasih ya untuk kiriman makanan yang tadi siang Mommy kirim untuk aku. Daania suka banget." "Sama-sama sayang, kalau Daania suka Mommy akan sering-sering masakin menu tadi buat kamu." "Makasih sekali lagi Mom. Oh ya Mom jadi begini, Daania hubungi Mommy karena mau minta izin, karena barusan saja Daania dihubungi sama produser PH MMI untuk shooting film bareng Chrish Evans, artis kesukaannya Mommy itu loh!" Terdengar suara nyaring Luna yang berteriak histeris dari sebrang telepon sana, suara yang memekakkan telinga Daania, hingga ia menjauhkan ponsel itu dari telinganya jauh-jauh. "Daania sayang, Mommy senang banget dengar kabar ini, Mommy sih oke-oke saja dan akan dukung kamu karir kamu, tapi bagaimana dengan Evans, apa dia memberimu izin?" "Pokoknya kalau Mommy mengizinkan aku, maka suamiku juga akan memberikan izin, karena anak Mommy itu hanya akan mendengarkan perkataanmu seorang." "Kamu tenang aja sayang, pokoknya nanti Mommy akan bicara dengan Evans agar dia tetap membiarkan istrinya berkarir. Intinya kamu harus jaga kepercayaan suamimu ya, jaga diri karena sekarang status kamu sudah berubah menjadi istri dari Evans, dan yang terpenting kamu harus tetap dikawal oleh kedua bodyguardmu demi keselamatan kamu juga ya sayang, karena Mom tidak mau kamu sampai terluka apalagi sampai kenapa-napa saat jauh dari Evans." "Siap Mom, apapun perintah yang Mommy dan Evans katakan, aku akan menurutinya tanpa berani membantah." "Aish, kamu itu benar-benar menantu idaman Mom banget, Evans pasti bahagia memiliki istri penurut sepertimu," Mendengar itu tiba-tiba saja Daania terbatuk karena kesulitan saat menelan salivanya sendiri. "Hi Daania, kamu kenapa?" tanya Luna yang berubah khawatir karena mendengar Daania terbatuk. "Tidak apa Mom, aku hanya butuh segelas air unrui minum. Aku tutup ya Mom teleponnya, aku mau ke dapur dulu. Terima kasih sudah memberiku ijin." "Iya Daan, jaga kesehatan dan jangan lupa malam ini untuk melakukan ritual rutin bersama Evans, supaya anak Mom yang handsome itu cepat diberikan hadiah bayi yang lucu untuk Mom dan Dad yang semakin hari semakin tua ini." Daania hanya terkekeh kecil, wajahnya merona saat Luna membahas soal anak. Luna segera memutuskan panggilannya dengan cepat saat Erick memanggil dirinya untuk segera naik ke atas ranjang. Daania mendengar ucapan erick dengan jelas, hingga membuatnya tersenyum dan berpikiran liar, Daania juga berharap semoga suatu hari Evans dapat mencintainya. "Memiliki keturunan dari Evans? Mana mungkin, dia saja tidak tertarik untuk menyentuh tubuhku, kecuali Mommy yang suruh baru dia mau memelukku seperti tadi sore," gumam Daania membayangkan kejadian tadi sore saat ia terbangun ternyata Evans sedang mendekap tubuhnya dengan begitu erat. Senyuman Daania terus terukir di wajah cantiknya hingga beberapa menit, bayangan itu hanya akan menjadi kenangan terindah dalam hidup Daania, karena ia berpikir bahwa Evans memang tidak akan pernah bisa untuk mencintainya. "Ya Tuhan, beri aku kekuatan agar aku selalu kuat ketika menghadapi sikap dingin suamiku. Sebisa mungkin aku akan berusaha melakukan yang terbaik untuk suamiku. Mungkin aku akan mulai dari belajar masak dulu selama berada di hotel. Lagipula shooting baru akan mulai dua Minggu lagi. Semoga masakanku mampu meluluhkan hati Evans yang dingin, supaya dia bisa bersikap hangat kepadaku." Dalam lamuan Daania yang tak berhenti untuk terus berharap, tiba-tiba terlintas dalam pikirannya mengenai suatu hal besar yang sempat ia lupakan. Daania mencari nomor ponsel sesorang untuk menghubunginya, tidak lama panggilan pun mulai tersambung. "Selamat malam Dokter Merry," sapa Daania pada seorang Dokter yang ia hubungi secara tiba-tiba. "Malam Nona Daania. Oh ya selamat ya atas pernikahan anda bersama Tuan Evans, semoga menjadi keluarga bahagia dan selalu dalam lindungan Tuhan." Dokter Merry menyapa seraya mengucapkan doa atas pernikahan Daania semalam. Dokter Merry adalah seseorang yang lupa Daania undang untuk hadir di pesta pernikahannya. Daania menepuk dahinya dengan pelan sambil tersenyum. "Terima kasih atas doa dan ucapannya ya, Dok. Maaf sekali saya lupa untuk mengundang Dokter kemarin." "Tidak masalah Nona Daania, saya mengerti anda pasti sangat sibuk untuk mengundang banyak tamu sampai ribuan, jadi hal wajar apabila Nona melupakan saya." "Terima kasih atas pengertiannya, Dokter Merry. Oh ya Dok, saya mau reservasi bisa?" "Bisa, untuk apa Nona?" Daania melirik ke kanan dan ke kiri, memastikan bahwa saat ini dia sendirian di dalam kamar, ia tidak ingin ada yang mendengar pembicaraannya yang sangat bersifat rahasia. "Begini Dok, saya mau melakukan operasi Hymenoplasty." "Itu hal mudah Nona, silahkan datang ke klinik saya kapanpun anda sempat, saya akan siap melayani Nona kapanpun anda bisa datang ke sini," jawab Dokter Merry tanpa ragu. Hymenoplasty adalah operasi perbaikan selaput dara yang rusak baik bawaan lahir atau memang karena seksual, agar bisa menjadi normal kembali. Hymenoplasty merupakan tindakan bedah medis minimal invasive, minimal perdarahan, minimal nyeri dan tanpa komplikasi. Daania menyeringai, ia merasa Dokter Merry seperti sangat menghormatinya kali ini, berbeda daripada biasanya. "Tumben banget Dokter Merry wellcome sama aku, biasanya tiap aku mau reservasi jadwal dia selalu padat dan dia tidak mau mengosongkan satu nama pasien untukku. Biasanya aku harus menunggu berbulan-bulan untuk melakukan tindakan. Huh menyebalkan!" gerutu Daania dalam hati. "Baiklah Dokter Merry, kalau begitu saya akan datang ke klinik Minggu depan ya. Terima kasih Dok." Daania langsung menutup panggilan singkatnya bersama Dokter Merry, lalu ia meletakkan ponselnya kembali ke atas nakas. Ini bukan pertama kalinya Daania melakukan operasi Hymenoplasty. Dua tahun lalu Daania pernah mencobanya sekali untuk memperbaiki selaput daranya yang telah dirobek oleh Tommy sewaktu masih duduk di bangku sekolah menengah ke atas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN