Melepaskan

2631 Kata
Tiba-tiba saja terlintas dalam pikiran Daania, akan ingatan masa lalunya yang pernah terjadi, saat pertama kali waktu ia memberikan mahkota paling berharganya untuk Tommy, lelaki yang pertama kali membuatnya merasakan jatuh cinta. Saat itu Daania masih duduk di bangku kelas 2 SMA, ia masih berkabung atas kematian Ibunya dua Minggu yang lalu karena menderita penyakit kanker rahim. Semenjak Almira meninggal, semuanya berubah, tidak ada lagi yang memperhatikannya. Daania sangat merasakan kehilangan ibu sekaligus teman curhatnya, hingga ia sering kali merasa tertekan karena tidak bisa mencurahkan isi hatinya lagi pada sang ibu. Saat-saat itu juga Diandra sedang sibuk menuntut ilmu di Negeri Sakura, jarak mereka yang jauh makin membuat Daania kehilangan orang-orang yang biasanya memperhatikan dirinya. Daania yang biasanya tidak ingin berbaur dengan teman-teman di sekolahnya, pada akhirnya Daania mencoba membuka diri dan mulai berbaur untuk mengusir rasa kesepiannya, ia mulai bergaul bersama ketua osis terpopuler di sekolahnya yang bernama Lexa. Lexa adalah kakak kelas Daania di SMA sekaligus ketua geng paling populer di sekolah karena kecantikannya yang dimilikinya. Lexa membentuk sebuah geng yang berisi member-member yang berwajah cantik jelita dan anak dari keluarga kaya raya, selain dari itu kedua kategori tersebut maka tidak diterima menjadi member gengnya. Karena Daania cantik dan anak dari keluarga kaya raya, akhirnya Daania diterima sebagai member baru dalam geng Lexa yang hits kala itu. Daania merasa senang karena bisa memiliki banyak teman, saat itu Daania sudah tidak merasa sendirian lagi, karena setelah bergabung dengan geng Lexa, ia jadi banyak dikelilingi teman-teman di sekolah, bahkan Daania ketularan popularitas Lexa sejak bergabung. Baru satu bulan bergabung dengan geng Lexa, tiba-tiba Tommy Andrean yang tak lain adalah mantan pacar Lexa mencoba untuk mendekati Daania. Namun Daania tidak berani untuk dekat-dekat dengan Tommy, karena ia takut Lexa akan marah dan ia akan dikeluarkan dari geng yang terbentuk. Alih-alih takut membuat Lexa cemburu, ternyata Lexa malah mendukung Daania yang sedang didekati oleh mantan pacar Lexa yang pernah menjalin hubungan dengannya selama 3 bulan. "Kalau kamu mau pendekatan sama Tommy, gak apa-apa kok Daan, lagian aku sama dia sudah jadi masa lalu, aku juga sudah punya pengganti dia. Kamu gak perlu merasa tidak enak ya, karena dia sudah menjadi mantanku Daan," ucap Lexa memberi lampu hijau untuk mendukung kedekatan Daania dengan Tommy. Sejak saat itulah Daania sudah tidak merasa ragu lagi ketika Tommy mendekatinya, bahkan ia selalu menerima ajakan dari Tommy yang sering mengajaknya pergi jalan-jalan berdua ketika libur sekolah, seperti nonton bioskop, shooping dan kulineran. Daania benar-benar merasa bahagia, memiliki teman lelaki yang mau mendengarkan semua ceritanya, selama menjalin hubungan sebagai teman, Tommy tidak pernah bosan untuk mendengar curhatan Daania, ia juga sering memberi masukan untuk Daania agar gadis itu bisa belajar mengikhlaskan ibunya yang sudah pergi untuk selama-lamanya. Daania selalu merasa nyaman saat berada di dekat Tommy, karena lelaki itu selalu bersikap romantis dan selalu memberinya perhatian dari mulai hal-hal kecil. Hampir setiap Minggu Tommy selalu mengajak Daania pergi ke mall, untuk membelikan gadis itu baju, sepatu, tas atau apapun yang Daania inginkan. Tak jarang Tommy selalu membelanjakan kebutuhan bulanan Daania seperti cemilan, pembalut untuk menyetok segala keperluan Daania. Untuk pertama kalinya Daania merasa bahwa dirinya saat itu sudah jatuh cinta pada seorang pemuda tampan bernama Tommy, dan dia baru tahu bahwa jatuh cinta itu sangat menyenangkan dan selalu membuat pikirannya melalang buana ketika Tommy tidak pernah berhenti memberikan perhatian pada dirinya. Hingga suatu hari, saat itu semua murid dipulangkan lebih awal, karena guru-guru akan mengadakan rapat bersama di sekolah. "Daan, main ke rumah aku yuk. Nanti aku buatin spageti yang enak deh buat kamu," ajak Tommy menghampiri Daania yang baru keluar kelas bersama salah satu teman sebangku Daania. Spageti adalah makanan favorit Daania, dan Tommy sangat sering membawakan spageti untuk bekal sekolah Daania, hampir tiga kali dalam seminggu ia sengaja memasak spageti khusus untuk diberikan pada Daania. "Boleh deh, kebetulan banget kita pulang cepat jadi aku bisa main sebentar sebelum pulang ke rumah," jawab Daania menyetujui ajakan lelaki yang selalu membuat jantungnya berdebar setiap kali bertemu. Kemudian Tommy mengandeng tangan Daania dengan berani di depan teman-teman mereka yang memang sedang memperhatikan keduanya, tanpa rasa malu atau ragu seperti biasanya, kali ini Tommy terlihat begitu santai merangkul pundak Daania saat melintasi keramaian yang mulai heboh menggoda keduanya, padahal Tommy dan Daania belum memiliki status sebagai sepasang kekasih, selama dekat tiga bulan belakangan ini, mereka selalu memperkenalkan diri sebagai teman baik pada teman-teman mereka di sekolah. Daania masuk ke dalam mobil dengan senyum yang begitu merekah setelah Tommy membukakan pintu mobil untuknya, bagi Daania itu adalah salah satu perlakuan termanis yang Tommy lakukan untuknya saat jalan berdua. Mereka telah tiba di rumah Tommy yang telihat sangat sepi, karena semua keluarganya sedang menghadiri acara pernikahan kakak perempuan Tommy yang dilangsungkan di Paris. Dan Tommy tidak ingin hadir, karena waktunya bersama Daania lebih berharga daripada hadir di acara pernikahan. Baginya memberikan ucapan selamat bisa melalui sambungan telepon atau melalui pesan singkat. Tommy meminta Daania untuk menunggu di kamarnya yang berada di lantai tiga rumah tersebut, karena Tommy ingin fokus memasak spageti spesial untuk Daania. Daania mengangguk, ia menurut dan mulai menaiki anak tangga menuju lantai tiga tempat kamar Tommy berada. Kemudian Dania masuk ke dalam kamar Tommy yang terlihat sangat sederhana, karena hanya ada kasur berukuran 120 x 200, satu lemari pakaian, meja belajar dan rak buku yang terisi penuh. Mata Daania menyapu semua sudut ruangan kamar Tommy, meneliti dengan jeli. Hingga ia terkesiap ketika melihat ada banyak foto dirinya yang terpajang nyata di dinding kamar Tommy yang bercat warna abu-abu. "Dari mana Tommy mendapatkan foto-foto aku sebanyak itu?" tanya Daania sambil mengernyitkan dahinya dalam-dalam. "Untuk apa juga Tommy mengkoleksi fotoku lalu memajangnya di dalam kamar seperti ini?" Daania terus bertanya-tanya walau tidak mendapatkan jawaban. Hingga kedatangan Tommy yang masuk ke dalam kamar dengan membawa dua piring spageti, membuat Daania menoleh dan ingin segera bertanya mengenai hal yang membuatnya penasaran saat itu. Tommy seakan mengerti dengan rasa penasaran Daania yang memenuhi pikirannya saat itu. Tommy meletakkan spageti di atas meja belajarnya, lalu ia berjalan mendekat ke arah Daania, kemudian kedua tangannya meraih tangan Daania dan menggenggamnya dengan erat. Mata cokelat Tommy menatap dalam mata Daania yang berwarna biru, mata yang selalu membuatnya rindu. "Daania, kamu pasti ingin bertanya dan penasaran dengan foto-foto kamu yang terpajang di kamarku kan?" tanya Tommy sambil menampilkan senyuman hangatnya. Daania menjawabnya dengan sebuah anggukan. "Karena aku sangat menganggumi saat pertama kali milihatmu di sekolah. Mulai sejak itu aku mengikuti sosial mediamu, aku mencuri fotomu sebanyak-banyaknya terus aku cetak deh. Aku melakukan itu karena aku sudah jatuh cinta sama kamu pada pandangan pertama, saat pertama kali kita berpapasan di perpustakaan, tapi selama tiga bulan ini aku tidak berani untuk mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya." Tommy membungkuk dan mulai berlutut di hadapan Daania, kedua tangannya semakin menggenggam erat telapak tangan gadis yang sudah berhasil membuatnya sampai rela bertekuk lutut untuk mengungkapkan rasa yang selama tiga bulan ia pendam sendirian untuk gadis yang berada di hadapannya. "Daania, apakah kamu mau menjadi pacarku?" Daania seperti terhipnotis dengan wajah tampan yang sedang berlutut saat itu di hadapannya, ia begitu gugup untuk menjawab namun dengan penuh keyakinan akhirnya ia menganggukkan kepalanya sambil berkata, "Aku mau jadi pacar kamu, karena sebenarnya juga aku memiliki perasaan yang sama seperti yang kamu rasakan." Tommy tersenyum penuh kemenangan, lalu segera bangkit dari posisinya dan ia kembali berdiri sejajar dengan Daania. Tommy melepaskan genggamannya dari tangan Daania. Seketika Tommy berteriak bahagia karena Daania menerima cintanya, lalu tiba-tiba saja Tommy menghambur dan memeluk tubuh Daania penuh perasaan bahagia yang tengah berbunga-bunga. Setelah itu Tommy menangkup kedua sisi wajah Daania hingga pandangan mata mereka saling bertemu, tanpa Daania sangka, Tommy mendekatkan wajahnya ke arah wajah Daania, sampai hidung mereka saling beradu, kemudian Tommy memiringkan kepalanya agar dapat mengecup bibir Daania. Dan Tommy adalah laki-laki pertama yang telah mengambil ciuman pertama Daania. Tommy orang pertama yang memerawani bibir pink Daania yang tipis dengan beraninya tanpa izin. Daania yang lugu hanya menuruti apa yang dilakukan Tommy saat itu pada bibirnya, Tommy mencium bibirnya cukup lama, berawal dari lumatan lembut hingga lama kelamaan ciuman itu berubah menjadi semakin panas, dengan gerakan menuntut dan semakin buas. Daania cukup kesulitan untuk mengimbangi ciuman Tommy, karena ini yang pertama untuknya. Tommy semakin terbuai oleh nafsu yang bergejok dalam dirinya, apalagi saat ia menatap mata biru Daania yang sangat polos. Tommy memiliki keinginan untuk melakukan lebih dari ini.Tanpa aba-aba Tommy mendorong Daania hingga tubuh keduanya terjatuh di atas kasurnya yang berukuran kecil. Daania terkejut, lalu ia mendorong tubuh Tommy yang berada di atasnya agar menjauh darinya, hingga pagutan mesra bibir mereka saling terlepas. "Tommy, kamu mau apa?" tanya Daania dengan perasaan takut. Ia takut Tommy akan melampaui batasannya. "Kamu tenang saja sayang, aku tahu ini pertama untukmu, aku janji ini tidak akan membuatmu sakit, aku akan bermain dengan lembut dan sangat hati-hati agar tak menyakitimu," ucap Tommy dengan suara yang mulai terdengar serak karena bercampur dengan hasrat yang semakin merangkak naik. "Ma-maksud kamu apa?" tanya Daania dengan polos yang memang tidak mengerti akan perkataan Tommy. "Aku ingin minta pembuktian cinta dari kamu, sayang. Kalau kamu benar mencintaiku, maka kamu akan memberikannya untukku seorang kan?" Kini Daania mengerti, kemana arah pembicaraan Tommy saat itu. "Kamu ini bicara apa sih Tom, kita itu masih sama-sama sekolah dan kita juga belum menikah." "Aku tahu itu sayang, aku janji tidak akan ada yang tahu jika kita melakukannya sekarang, di kamar ini," ucap Tommy sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan kamarnya. "Tapi aku takut," ucap Daania kemudian ia menggigit bibir bawahnya dengan kuat. Melihat yang dilakukan Daania saat itu semakin membangkitkan hasrat Tommy yang sudah tidak sabar untuk segera melakukannya bersama Daania, yang baru beberapa menit lalu sah menjadi kekasihnya. Tommy merebahkan tubuhnya di samping Daania, lalu kedua tangannya menangkup wajah Daania lagi untuk meyakinkan gadis itu. "Kamu tidak perlu takut ya, aku akan melakukannya dengan sangat hati-hati." "Bukan itu maksud aku Tom, tapi aku takut hamil dan pasti Papaku akan marah besar, lalu sekolahku malah terbengkalai karena kesalahan ini." "Tenang saja sayang, aku tidak akan menghamilimu, aku akan mengeluarkannya di luar," ucap Tommy terus meyakinkan Daania, jemarinya mengusap lembut kedua pipi gadis itu yang sangat merona. "Kamu lihat Lexa, Tania dan Emily. Mereka tidak hamil walau mereka pernah beberapa kali berhubungan denganku." Mata Daania terbelalak kaget mendengar kenyataan itu, ternyata kelakukan Tommy sangat buruk dan Daania baru mengetahui semuanya karena lelaki itu sendiri yang mengatakan secara jujur. "Jadi kamu sering melakukan hubungan terlarang seperti itu bersama Lexa, Emily dan Tania?" tanya Daania penuh rasa kecewa yang mendalam. Selama ini Daania mengira Tommy adalah pemuda baik-baik. "Iya waktu aku sama mereka masih pacaran dulu, tapi kamu jangan khawatir sayang, aku akan menjadikanmu wanita terakhirku. Aku janji akan setia padamu seorang dan akan menikahimu ketika aku sudah menjadi orang sukses suatu hari nanti." Daania tampak berpikir berulang kali, mencoba mencerna setiap perkataan yang Tommy ucapkan. Namun, kediaman Daania membuat hasrat Tommy yang sudah bergejolak tidak mampu untuk menundanya lagi. Sesuatu yang berada di balik celana seragamnya sudah sangat menegang sejak sadari tadi. Hingga akhirnya Tommy kembali menyerang Daania, melumat bibir manis kekasihnya, ia berusaha agar dapat merangsang Daania dan ingin menjadikan dirinya sebagai orang pertama yang bisa menikmati tubuh indah Daania yang sangat aduhai. Otak Daania terus berputar untuk mencari alasan agar dapat menolak, karena Daania belum siap melakukan itu setelah mendengar bahwa Tommy sering melakukkannya dengan banyak gadis. Daania tidak ingin melepaskan kesuciannya di usia muda yang masih duduk di bangku SMA. Daania berusaha mendorong tubuh Tommy, namun Tommy mampu melawan tenaga gadis itu agar pagutan bibir mereka tidak terlepas lagi. Nafsu sudah memenuhi otak Tommy, hingga ia memulai aksinya dengan menggerayangi seluruh bagian tubuh Daania, dengan perlahan ia mulai membuka kancing seragam sekolah Daania. "Tom, ja-jangan! Jangan lakukan itu, aku mohon," ucap Daania dengan napas tercekat karena Tommy tak memberinya sedikit waktu untuk bicara. Tommy melepas pagutan bibir mereka dengan kasar, Daania langsung menghirup oksigen sebanyak-banyaknya untuk memenuhi rongga parunya yang kehilangan banyak oksigen karena sulit bernapas. "Sayang, kalau kamu bersikap seperti ini terus malah membuat nafsuku hilang, tahu! Apa ini tandanya kamu tidak mencintaiku? Kalau benar kamu tidak mencintaiku, kamu bisa bangun sekarang dan pergi dari rumahku. Anggap kita tidak pernah saling mengenal dan jangan tegur aku ketika kita bertemu di sekolah. Aku kecewa banget sama kamu!" ucap Tommy penuh rasa kecewa yang membara sambil menatap tajam mata biru Daania. Tommy bangkit dari posisinya, ia melangkah kaki untuk beranjak pergi dan meninggalkan tubuh Daania yang sudah sempat ia himpit tadi. Daania merasa tidak enak dengan ketidakpercayaannya malah merusak suasana hati Tommy, ia ikut bangkit dan berjalan menghampiri kekasihnya yang sudah duduk di bangku belajar dengan menggenggam ponsel di sebelah tangannya. "Tommy aku minta maaf, tapi sumpah aku sangat mencintaimu, kamu itu laki-laki pertama yang bisa membuatku jatuh cinta, kamu juga orang pertama yang mencuri ciumanku tadi." "Kalau begitu apa salahnya jika aku menjadi orang pertama juga yang bisa melakukannya denganmu, menikmati tubuhmu?" "Maaf ya Tom atas perlakuanku tadi, tapi kalau ucapaanmu benar bahwa semua orang tidak akan tahu tentang hubungan kita, aku mau melakukannya sekarang!" ucap Daania yang tidak ingin mereka putus, sampai ia rela melepaskan mahkota berharganya demi Tommy. Senyum merekah terlukis jelas di wajah tampan Tommy, ia berhasil meyakinkan Daania untuk memberikan apa yang dia inginkan. Tommy tidak ingin membuang kesempatan berharga ini dengan berlama-lama untuk segera mencumbu Daania lagi. Tommy bangkit dari duduknya, ia kembali mengecup bibir ranum Daania selama 5 menit, lalu ciumannya beralih pada leher jenjang kekasihnya itu. Kemudian ia kembali mencium bibir Daania yang terasa seperti candu untuknya. Sentuhan demi sentuhan yang Tommy berikan untuk merangsang Daania membuahkan hasil, kini Daania tidak lagi memberontak seolah pasrah dengan apapun yang akan Tommy lakukan atas tubuhnya. Tangan Tommy mulai bekerja, ia melepas semua pakaian yang menutupi tubuh mulus Daania, lalu dia juga membuka pakaiannya hingga pakaian keduanya berceceran ke sembarang arah di atas dasar lantai. Bibir Tommy menyeringai lebar ketika memandang tubuh seksi Daania yang kini sudah polos tanpa sehelai benangpun. Daania memejamkan mata untuk melepaskan tubuhnya yang kelelahan setelah mendapat perlakuan dari Tommy yang kini berguling di samping tubuh Daania sambil memeluk erat tubuh gadis itu. "Terima kasih sayang, kamu sudah membuktikan rasa cintamu yang luar biasa untukku," ucap Tommy seraya mengecup kening Daania yang sudah penuh oleh keringat. Daania hanya menaikan alisnya tanpa membuka mata, ia pasrah dengan apapun yang akan Tommy lakukan pada tubuhnya yang sudah lemas ini. Tidak berselang lama, Tommy kembali mengumpulkan tenaganya untuk menggendong tubuh Daania menuju kamar mandi agar bisa membersihkan bagian tubuh Daania yang tertumpah cairannya. Dengan hati-hati Tommy mulai membersihkan tubuh Daania yang sudah berdiri di bawah guyuran air yang mengucur dari shower. Daania masih belum membuka matanya yang terus terpejam karena merasa malu dengan apa yang telah dilakukannya bersama Tommy. "Masih sakit ya?" tanya Tommy sembari menyabuni tubuh Daania. Daania membuka mata saat Tommy bertanya padanya."Sedikit. Sayang, kamu jangan tinggalin aku ya, kamu harus nikahin aku sesuai dengan janji yang kamu ucapkan tadi." "Aku janji sayang, aku akan menikahi kamu ketika aku sudah sukses nanti, aku akan belajar sungguh-sungguh agar bisa meraih kesuksesan dengan cepat, biar cepat juga nikahin kamunya." Kedua sudut bibir Daania tertarik mendengar perkataan Tommy yang begitu manis. "Gitu dong, harus senyum. Biar cantiknya gak hilang," kata Tommy sembari menyapu pipi halus Daania yang sedang merona dengan jemarinya. "Terima kasih ya karana kamu sudah mau menemaniku selama beberapa bulan ini, kamu selalu hibur aku terus biar gak kesepian lagi. Aku sayang kamu, Tommy Andrean." "Aku lebih menyayangimu, melebihi langit dan bumi, Daania Amber Alexandra!" Daania terkekeh, "Dasar raja gombal," katanya sambil mencubit hidung mancung Tommy dengan gemas. "Kamu ratunya." Daania tertawa begitu lepas saat bersenda gurau di dalam kamar mandi bersama Tommy yang sedang membersihkan dirinya dan sebagai bentuk tanggung jawab karena sudah mengotori tubuh Daania. Itulah kenangan yang masih tersimpan jelas dalam memori ingatan Daania sampai saat ini. Kenangan saat ada seseorang yang selalu memanjakannya dan membuatnya bahagia, walau pada akhirnya semua berakhir menyakitkan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN