4. Killing Him

919 Kata
***** Vincenzo, seorang laki-laki sempurna tapi merangkap menjadi sesosok Psychopath yang menyeramkan di luar sana. Tidak ada yang tahu tentang Hobi membunuhnya ini. Baik orang tuanya, sepupunya Josen, ataupun Jimmy sahabatnya. Ia menyembunyikan Rapat-rapat identitas itu. Dia seorang Psychopath, ia pandai memanipulasi dan juga membunuh adalah keahliannya. Ia tak segan-segan membunuh orang yang mengganggunya. mengganggu miliknya, mainannya. Ya seperti pria yang sedari tadi Vincenzo ikuti tiga hari ini telah mengusiknya. Dengan lancang pria itu menyentuh miliknya. Pria di depannya ini bahkan tak merasa kejanggalan tiga hari ini, karena kecerdikan seorang Vincenzo tentunya. Pria itu memasuki gang sempit yang Vincenzo tahu setelah mengikutinya tiga hari ini yaitu jalan menuju rumahnya. Vincenzo tersenyum miring di sana. 'Barista sialan akan mati' ucapnya dalam hati. Vincenzo mempercepat langkahnya untuk mengikuti pria yang ia tahu bernama Yojin. Sepertinya pria itu sudah mulai curiga bahwa ia mengikutinya, terlihat dari langkahnya yang semakin lebar. Vincenzo memasuki jalan pintas yang ia temukan saat mengikutinya tiga hari ini. Sreett.. Vincenzo muncul di depan Pria itu, membuat pria itu berhenti di tempatnya. "Apa yang kau inginkan?" Tanya pria itu mencoba berani. Vincenzo mendekati pria itu. Pria itu mencoba melawan dengan cara menendang Vincenzo, tapi dengan sigap ia menangkis dan memiting tangan Yoojin. "Mati." Bisik Vincenzo ditelinga Yoojin. Jantung Yoojin berdegub kencang, apa katanya? Mati? Apa orang ini gila? Vincenzo menekuk tangan Yoojin yang ia piting sampai terdengar bunyi 'kretek' di sana. Yoojin meringis kesakitan, tapi Vincenzo malah menghempaskan tubuh Yoojin ke dinding gang. Yoojin memegangi tangannya yang sepertinya sudah patah itu. Yoojin sudah tak bisa berpikir waras sekarang, bahkan untuk berteriak saja tak bisa mulutnya seakan sangan berat untuk mengeluarkan sedikit suara. Vincenzo mengeluarkan sebuah pisau kecil tapi sangat runcing nan tajam, sepertinya pisau itu memang didesain khusus untuk alat membunuh. Yoojin menggeleng pelan melihat Vincenzo mendekatinya sambil membawa pisau ditangannya, dan tentunya tangannya itu sudah terlebih dulu dipasangi sebuah sarung tangan. Vincenzo memang sangat berhati-hati dalam melancarkan aksinya itu. "Tolong jangan---hugh." Vincenzo menusuk pipi Yoojin dalam sekali sentak, darah segar mengucur dari pipi tersebut. Yoojin berteriak kesakitan di sana. Belum cukup ia menusuk sekali, ia menusuknya lagi sampai lima kali di pipi kanan dan kiri Yoojin. Vincenzo memasukkan pisau tersebut ke dalam mulut Yojin lalu memutar-mutar, memporak-porandakan mulut Yoojin hingga ke tenggorokan. Darah segar terus mengalir dari wajah dan mulut Yoojin. Yoojin sudah pasrah, tak ada harapannya untuk hidup sekarang. Vincenzo mengeluarkan pisau itu dari mulut Yoojin lalu menusuk kedua mata Yoojin. Yoojin bahkan sudah tak bisa berteriak lagi di sana, ia sudah tak berdaya, mungkin sedikit lagi ia tak bernafas lagi. Vincenzo belum puas bahkan saat Yoojin sudah hampir mati. Ia lalu menusuk perut atas Yoojin lalu menariknya sampai ke bawah, dan perut Yoojin pun terbelah mengeluarkan semua isi perut Yoojin. Dan didetik itu juga Yoojin sudah tak bernafas di sana. Vincenzo tersenyum senang melihat hasil karyanya di sana, ia menghirup bau anyir darah segar yang menurutnya sangat nikmat itu. Selanjutnya Vincenzo memasukkan mayat Yoojin ke dalam karung yang sebelumnya Tubuh Yoojin sudah ia potong-potong menjadi beberapa bagian untuk memudahkan ia membawa mayat tersebut. Vincenzo telah sampai di sebuah rumah tua yang terlihat menyeramkan dari luar, tempat ini terletak dipinggir kota sangat jauh dari keramaian. ia berjalan masuk sambil menyeret karung yang berisi Mayat Yoojin itu. 'Grauuu' Suara itu langsung menyapa Vincenzo saat ia baru memasuki ruangan. "Aku membawa makanan untuk kalian, pasti kalian lapar kan." Ucap Vincenzo sambil tersenyum. Dua ekor macan berukuran lumayan besar itu terus mengaung saat Vincenzo datang, seakan berkata tidak sabar menunggu makanan yang Vincenzo bawakan. Vincenzo memasukan tubuh Yoojin yang aslinya sudah tidak berbentuk itu ke dalam kandang macan tersebut dari atas. Dan langsung saja kedua hewan buas itu melahap habis tubuh Yoojin sampai tak tersisa. Vincenzo mengeluarkan smirk nya, "Kau tak akan bisa macam-macam, Pacar." Gumamnya. ***** Kila sedari tadi tak henti-hentinya berjalan ke sana kemari di dalam kamarnya. Entah kenapa perasaan sangat tidak enak sedari tadi. Ia pikir karena ibunya sedang ada masalah, tapi setelah menelefon ibunya di Indonesia dan memastikan keadaannya yang katanya baik itu hatinya tetap gelisah tak karuan. Drett..Drett.. Kila meraih ponselnya yang tergeletak di nakas. Dilihatnya sebuah pesan singkat yang dikirim oleh orang yang selalu membuatnya jengkel, dan seenak jidat mengklaimnya sebagai pacar beberapa hari lalu. Mr.Psycho 'Coba tebak, apa yang baru saja aku lakukan?' "Mr.Psycho sudah benar-benar gila, sampai menanyakan pertanyaan bodoh seperti itu." Ucap Kila bermonolog. 'Tidak tau, dan tak ingin tau.' Balas Kila cepat. Ting.. Mr.Psycho 'Benarkah? kau tak penasaran? Padahal seharusnya kau harus tau ini, meski nanti kau akan terkejut.' Kila mengerutkan keningnya, apa yang dimaksud pria ini, memang apa sampai dia harus terkejut. 'Memang apa?' Ting.. Mr.Psycho 'Katamu tak ingin tau?' Kila mengeram marah membaca pesan itu "Mati saja kau Mr.Psycho." teriaknya frustasi karena Vincenzo. Kila membalas cepat. 'Terserah-_-' Ting.. Mr.Psycho 'Hahaha' "Dasar tidak waras." Ting.. Mr.Psycho 'Sudah selesai.' "Apa yang selesai?" Ucap Kila bertanya pada dirinya sendiri. 'Apa maksudnya?' Mr.Psycho 'Barista berakhir.' "Hgg." Kila langsung jegukan dibuatnya, matanya melotot lebar. Tanpa basa-basi Kila mencari kontak Yoojin, yang ia namai dengan Yoojin Oppa di sana. (Kakak) Tut tut.. Panggilan pertama gagal. Tut tut.. Panggilan kedua pun juga sama, hanya ada sahutan dari orang tak punya kerjaan yang selalu menjawab dengan kata yang sama di sana. Sampai Kila menelefon nomor Yoojin berkali-kali pun tak ada yang mengangkatnya. "Tenang Kila tenang. Mungkin Yoojin Oppa sedang sibuk." Ucap Kila menenangkan dirinya sendiri. (Kakak) Meski Kila berusaha bersikap sebiasa mungkin tapi hatinya tetap tak tenang, ia merasa apa yang diucapkan Vincenzo itu sungguhan. "Arghhh." Teriak Kila frustasi. ***** TBC . . . Kim Taeya
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN