Happy Reading
*****
Kila memasuki Cafe-nya dengan tergesah-gesah, sampai-sampai beberapa pengunjung di sana melihatnya dengan pandangan keheranan.
"Op-Oppa Yoo, mana?" Nafas Kila masih memburu, karena berlarian dari kampus hingga ke cafe.
"Dia tak ada, entahlah ke mana." Jawab salah satu pelayan di sana.
"Bukannya dia biasanya sudah datang sedari tadi?" Kila terus memburu pertanyaan, hatinya tak tenang kalau belum mendengar kabar Yoojin.
"Dia sudah tak bekerja lagi di sini." Penjelasan itu berasal dari Han Hoosi pemilik Cafe tersebut. Yang baru saja keluar dari salah satu ruangan di cafe.
Mendengar itu, sontak membuat Kla melebarkan matanya tak percaya. "Ha? Bagaimana bisa Sunbae?" (Kakak senior)
"Semalam dia mengirimku pesan yang memberitahukan bahwa dia mengundurkan diri sebagai Barista." Hoosi merogoh saku celananya, dan mengeluarkan sebuah ponsel dari sana. Hoosi mengutak-atik ponsel sebentar sebelum menyodorkan kepada Kila yang masih membulatkan mata. "Ini. Lihatlah."
Jantung Kila makin berdetak tak karuan. Layar ponsel Hoosi menampakkan sebuah pesan singkat Yoojin yang menyatakan bahwa dia mengundurkan diri. "Tidak mungkin." Gumam Kila tidak percaya.
"Sudah Kila. Mungkin dia mendapat pekerjaan baru yang lebih baik di tempat lain." Taena mencoba menyemangati Kila yang terlihat sangat sedih, tidak heran sih, Kila dan Yoojin memang cukup dekat.
"Tapi ..." Sejujurnya Kila masih tidak rela dan tidak percaya. Karena ada sesuatu yang menggangu pikirannya.
"Cepat kalian kembali bekerja, kau juga Kila." Perintah Hoosi cepat, karena para pekerja malah berkumpul mengabaikan pengunjung yang mulai berdatangan.
Akhirnya Kila pasrah, ia menunduk lesu sambil berjalan untuk berganti pakaian di kamar mandi. 'Apa yang sebenarnya terjadi? Di mana Yoojin Oppa? Apa benar dia telah dihabisi Vincenzo?' (Kakak)
Rentetan pertanyaan terus bermunculan diotak cantik Kila, serta pemikiran buruk yang kemungkinan sudah terjadi.
"Aku harus bertemu Mr.Psycho." ucap Kila.
*****
"Annyeong Kila." Pamit Taena sambil melambaikan tangan pada Kila setelah mereka sampai di persimpangan jalan. (Selamat tinggal)
"Annyeong Taena. Hati-hati di jalan." Balas Kila seraya lambaian tangan.
Setelah itu Kila pun berjalan sendirian menuju rumah sewaannya, yang memang sudah cukup dekat.
Pikiran Kila benar masih belum tenang, meski ia sudah berusaha berfikir positif tentang itu tapi tetap tidak bisa, ia masih memikirkan Yoojin dan pria itu ... Vincenzo.
"Ah, sudahlah." Kila segera merogoh sling bag yang ia kenakan. Dan mengambil kunci dari sana, karena ya ia sudah beda di depan rumahnya.
'Ckleek'
Pintu terbuka, dan Kila segera memasuki rumah, yang sebelumnya ia sudah berganti sepatu menjadi sendal rumah.
Helaan Nafas terhembus dari bibir Kila, seraya merebahkan tubuhnya diranjang kamar.
"Yoojin Oppa kau di mana?" Tatapan Kila lurus kerah langit-langit kamar, menyebalkan perasaan ini sungguh mengganggu dan melelahkan. (Kakak)
"Vincenzo-ssi benarkah kau telah melakukan sesuatu pada Yoojin Oppa?" Dugaan-dugaan buruk benar-benar menghantui pikiran Kila tanpa henti. (Kakak)
"Aku ingin menemui Vincenzo. Tapi di mana?" Ucap Kila bermonolog sendiri, jangan lupakan dirinya yang mengacak rambut kasar.
"Aku di sini."
Mendengar suara tersebut, dengan secepat kilat Kila langsung menegakkan tubuhnya berdiri.
"Kau ...,"
Mata Kila langsung membulat sempurna saat mendapati sosok tampan Vincenzo yang bersandar di samping pintu keluar, yang sekarang sudah terbuka lebar.
Sial, bagaimana dia bisa masuk? Kapan dia masuk? Ah, apa mungkin saking fokusnya Kila melamun ia sampai tak sadar akan kedatangan Vincenzo ya.
"Bagaimana bisa?" Kila menggenggam kedua tangannya sendiri erat, pasalnya ia ingat betul pintu itu sudah di kunci rapat.
"Kau merindukanku kan, pacar? Sampai ingin bertemu begitu." Ujar Vincenzo penuh percaya diri, terlihat dari wajah arogan yang makin arogan saja itu.
"Jangan mengalihkan pembicaraan." Kila kesal karena Vincenzo malah berbicara yang tidak-tidak, padahal ia benar-benar masih sangat shock. "Bagaimana kau bisa di sini?" Tanya Kila lagi, berharap Vincenzo mau menjawab. Ia hanya takut privasinya makin tidak terjaga jika pria itu benar-benar bisa masuk meski sudah ia kunci.
"Emm ... Berjalan." Ucap Vincenzo santai sambil mendekati Kila.
Kila panik dan segera memasang mode siaga. "Jangan mendekat, tetap di sana." Meski Kila sudah mengenal Vincenzo, tapi tetap saja ia was-was. Bagaimana pun juga Vincenzo seorang pria dan jangan lupakan title-nya yang sebagai seorang Psychopath. Jika Vincenzo mau, bisa saja dia membunuhnya saat ini juga. Kila menggelengkan kepalanya menghilangkan Asumsi yang mengerikan itu.
"Waeyo? Aku pacarmu ingat." Ucap Vincenzo cepat dan langsung mendekat pada tubuh Kila hingga hanya berjarak 1 langkah saja. (Kenapa?)
Kila memejamkan mata menetralkan emosi yang sudah di ubun-ubun ini. Tapi saat ia membuka matanya ia langsung berhadapan dengan wajah tampan dari seorang Psychopath gila ini.
Sedetik saja Kila sempat mengagumi wajah tersebut, tapi ia langsung sadar bahwa orang yang berdiri di depannya ini adalah seorang Psychopath gila.
"Di mana Yoojin Oppa?" Tanya Kila, tanpa basa-basi. Karena pertanyaan itulah yang sedari tadi mengganggunya. (Kakak)
Bukannya menjawab, Vincenzo malah menunjuk langit-langit kamarnya pelan. Jangan lupakan senyum miring yang sebenarnya sangat menyeramkan, tapi Kila berusaha menekan rasa takutnya.
"Jangan bercanda, di mana Yoojin Oppa?" Bentak Kila seoalah ia benar-benar berani. Nyatanya dalam hati ia sungguh takut, bahkan nyalinya mungkin hanya 5% saja, dan setelah membentak nyalinya langsung hilang. (Kakak)
"JANGAN BERTERIAK!" Bentak balik Vincenzo yang jauh lebih keras dari bentakan Kila.
Kila pun meringsut ketakutan, nyalinya benar-benar hilang, sampai ia sendiri tak berani untuk bergerak.
Vincenzo mengangkat dagu Kila kasar, sampai Kila merasakan sakit di leher belakangnya, "Kau tak boleh berteriak kepadaku, mengerti?" Ucap Vincenzo pelan, matanya membulat lebar dengan kedua sudut bibir yang di tarik ke atas.
Kila hanya diam, raut wajahnya terlihat jelas bahwa dia sedang ketakutan.
"Mengerti. Kan. Pacar?" Tanya Vincenzo lagi dengan penuh penekanan di setiap katanya.
"I-iya." Cicit Kila pasrah.
"Dan kau harus tahu, Yoojin sialan itu sudah mati!" Setelah mengucapkan itu, Vincenzo melepaskan tangannya dari mengangkat dagu Kila.
Mata Kila membulat sempurna tidak percaya. Mati. Mati. Mati. MATI.
"Tidak mungkin." Tubuh Kila kaku sambil melihat Vincenzo dengan pandangan tak percaya.
"Apa aku perlu membunuhmu agar kau percaya Hmm? Dengan begitu kau bisa bertemu dengan Yoojin sialan itu di neraka?"
Kila meringsut mundur, apa yang Vincenzo katakan? Membunuhnya?
Belum sempat Kila melangkah lagi Vincenzo sudah menarik pinggangnya sampai tubuh mereka bersentuhan.
"Jangan takut, aku hanya akan membunuhmu bila kau memintanya." Vincenzo makin melebarkan seringaiannya di sana.
Oh gila saja Kila ingin dibunuh, orang waras mana yang ingin cepat menemui ajalnya, Mungkin ada tapi tentu itu bukan Kila.
"Apa kau ingin bertemu Yoojin pacar?"
Kila sontak menggeleng "Ti-tidak." Maafkan aku Oppa, semua karena diriku semoga kau tenang di sana, ucap Kila dalam hati. (Kakak)
"Bagus, jawaban yang tepat. Jika kau menjawab 'iya' aku dengan senang hati melakukannya sekarang."
Kila hanya diam saja di sana, jantungnya berdetak begitu cepat saat ia sadar posisinya sekarang yang bisa dibilang cukup intim untuk ukuran Pria dan wanita.
"Bi-bisakah kau melepaskanku Vincenzo-ssi!" Cicit Kila mencoba sedikit berani.
"Ani." (Tidak)
"Aku ingin pergi ke kamar kecil." Alasan Kila.
"Di sini saja tak apa." Ucap Vincenzo santai sambil menatap wajah Kila dalam.
Heol, gila saja Kila mau menuruti ucapan pria gila ini, "Aku lelah ... Aaaa ..."
Vincenzo mendorong tubuh Kila sampai gadis itu berbaring di atas ranjang, dan Vincenzo sendiri ikut berbaring di atasnya.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Kila was-was, kedua tangannya menyilang mencoba menutupi da*anya.
"Kau lelah bukan?"
"Tapi-tapi, bukan ..."
"Tidur!"
"Hah?"
"Tidurlah pacar." Kila sekarang mulai paham, jika Mr.Psycho telah mengucapkan kata 'Pacar' itu tandanya dia sedang marah. Seperti saat ini, dan tidak seharusnya Kila memancing kemarahan itu dengan sikap keras kepalanya.
Tapi bagaimana bisa ia tidur, saat Vincenzo sendiri masih tetap diposisinya, menindih Kila sambil menopang tubuhnya dengan kedua tangannya di samping kepala Kila.
Sial,
"Tapi kau," Kila ingin mencari alasan agar Vincenzo menyingkir, tapi ia bingung.
Vincenzo akhirnya menghela nafas sebelum merubah posisinya menjadi berbaring di samping Kila sambil memeluk gadis itu erat.
"Tidur!" Perintah Vincenzo.
Kila mengerucutkan bibirnya tidak berani membantah, tapi ia juga tidak bisa begini, tidur dengan pria di atas ranjang. Heol, gila saja, jika ibunya tahu mungkin ia sudah beri wejangan panjang, sepanjang rel kereta sekarang.
Kila memilih memejamkan matanya, memang benar-benar terpejam hendak berpura-pura tidur, dan mungkin bila ia melakukan ini Mr.Psycho akan segera pergi dari dirinya.
Ia berjanji tak akan tidur meski ia sangat mengantuk nantinya.
Tapi apa daya jika nyatanya, Kila sendiri tak sadar bila sudah terlelap ke alam bawah sadar. Tanpa tau kalau Vincenzo tersenyum kecil saat mendengar dengkuran halus keluar dari mulut wanita di dalam pelukannya itu.
*****
Tbc
.
.
.
Kim Taeya