MAAF YA, KALAU ADA BEBERAPA KATA SAYA REVISI. JIKA ADA RASA KURANG MEMUASKAN, HANYA INI YANG BISA SAYA PERBAIKI SEBISANYA ^^
▶▶◀◀
Jam pulang kerja pun tiba, Anita membereskan semua kertas berserak di mejanya. Teman-teman satu kantornya juga sibuk untuk bergegas pulang.
“Aku duluan ya, Nita, Bye!” ujar Mega bagian Marketing
“Bye!"
Ruang kantor mulai sepi tinggal lampu terang sebentar lagi padam. Tinggal dirinya seorang masih berada di kantor. Ketika dia sedang menunggu antrean lift, Kevin pun keluar dari ruangannya.
“Hari ini kau pulang dengan siapa?” Kevin mulai berbasa-basi.
“Aku pulang naik taksi Online, suamiku hari ini tidak bisa jemput,” jawabnya sopan.
“Oh ... tumbenan, perlu aku antar? Jalan rumah kita satu arah, 'kan?” Kevin mencoba menawarkan sekaligus kedekatan tidak masalah.
“Tidak perlu, Pak ...” Anita menolak, lalu memilih masuk ke lift, padahal Kevin juga akan turun bersamanya.
“Yakin, gratis, loh, aku gak akan macam-macam, kok,” tawarnya lagi.
ngotot banget sih Vin jadi cowok, (suara dari iblisnya)
Suara dentingan lift terbuka, Kevin bergegas keluar. Anita tidak serius perkataan dari atasannya. Di depan lobi sembari berdiri menunggu taksi yang lewat. Kemudian sebuah mobil sedan berwarna silver berhenti tepat di sampingnya.
“Ayo naik!” pintanya.
Anita tetap menolak malah pilih tidak menuruti, malahan Kevin keluar dari mobilnya, lalu membuka pintu untuk cinta tepuk sebelah tangan.
Anita semakin tidak enak hati kepada Kevin terlalu berlebihan, mau tak mau dituruti daripada sepasang masih memantau mereka berdua.
Kevin senyum panjang senang bisa berduaan lagi dengan cinta tepuk sebelah tangan,
memang harga dirimu turun Vin. Masa bodoh dengan setan kurang ajar.
Dalam perjalanan tidak ada satu suara pun keluar dari mulut mereka berdua sangat canggung banget.
Ke mana keberanian mu Vin?
Tidak butuh waktu yang lama jalanan tidak begitu macet akhirnya sampai tujuan dengan selamat.
Anita turun tidak lupa mengucapkan kata, “Terima kasih, Pak, sudah mengantar saya sampai rumah. Maaf merepotkan Bapak. Hati-hati di jalan, Pak ...” senyumnya buat debaran Kevin tidak ingin beranjak pergi meninggalkan tempat ini.
“Iya sama-sama,” balasnya dengan senyuman tidak kalah manis dari lesu pipinya.
Terlalu lebay kau, Vin (setan)
Diam kau s*tan! (Kevin).
Setelah mobil Kevin menjauh dari peredaran rumah kompleknya, Anita pun masuk, tak berselang lama mobil Alvin muncul.
Untung tepat waktu jika Alvin melihat Anita di antar oleh Kevin, mungkin cemburu terjadi dan pertengkaran juga ikut meluas seluruh rumah.
Sejak pernikahan selama lima bulan Anita dan Alvin tidak pernah saling terbuka satu sama lain terkecuali di rumah ketika orang tua hadir di kehidupan mereka.
Makan malam berkumpul dengan ayah mertua dan ibu mertua, Anita memang wanita pendiam semasa pernikahan dengan Alvin. Suasana di meja makan sangat sunyi dan hanya suara piring dan garpu dan sendok.
“Kapan kalian berdua kasih Mama kehadiran cucu?” Suara seorang wanita paruh baya memecahkan keheningan makan malam ini.
Anna Susanti Mahendra – Ibunya Alvin
Kembali hening tidak ada satu kata yang keluar dari sepasang suami istri itu. Anita tidak bisa menjawab karena semua ada pada suaminya antara menginginkan atau tidak sama sekali.
“Apa kalian tidak menginginkan keluarga kecil hadir di rumah ini?” lanjut Anna bertanya,
“Segera berikan Mama seorang cucu, jika kalian masih ingin berada di keluarga Mahendra,” sambungnya, kemudian Anna meninggalkan tempat meja makan tinggal tiga manusia dewasa masih setia di tempat.
Albert Alezand Mahendra – Ayahnya AAlvi.
Albert menghembuskan napas panjang tidak terlalu sibuk dengan kehadiran cucu. Jika Tuhan belum berikan kesempatan untuk pasangan pengantin ini tidak ada yang bisa dikatakan secara paksa.
“Sabar ya, pasti ada jalan keluarnya," kata Albert menepuk tangan menantunya. nita hanya membalas dengan senyumannya.
Suasana di kamar, Anita duduk sambil membaca majalah beberapa hari beli di salah satu toko buku terdekat.
Alvin baru saja selesai mandi, waktunya dia untuk tidur, persoalan tentang kata-kata ibunya masih terngiang-ngiang ingatannya.
Dia perhatikan Anita yang telah menjadi istrinya, istri sah di depan saksi mata dan hukum. Selama pernikahan kelima bulan belum pernah dia sentuh kulit-kulit mulus istrinya. Seharusnya posisi di ranjang itu adalah Vanessa – wanita yang masih berhubungan spesial dengannya.
“Sampai kapan kita diam seperti ini?” Anita bersuara sebelum suaminya memejamkan kedua matanya.
“Tidurlah, besok kita kerja. Masih banyak pekerjaan yang harus diurus,” ucapnya dingin kembali untuk memejamkan matanya.
“Apa kau begitu membenci kehadiranku sehingga semua kau acuhkan begitu saja. Aku hanya minta akui diriku sebagi istri, bukan seorang penghalang cintamu dengan kekasih gelap mu, meskipun kamu sulit mencintaiku tidak salahnya kamu akui pernikahan kita di depan semua orang,” kata Anita pelan dimatikan lampunya ikut memejamkan kedua matanya.
Alvin yang posisi memunggunginya masih terjaga, setelah apa dikatakan oleh wanita tepat di sampingnya.
Sebuah lengan panjang berisi dan berotot melingkar di pinggang seksi dan ramping itu. Anita dapat merasakan kehangatan walau hanya sebentar. Hembusan napas dari suaminya terasa sekali. Dia pun kembali memejamkan kedua mata dalam pelukan tanpa rasa cinta di antara mereka berdua.
▶▶◀◀