Chapter 3

1136 Kata
REVISI 3. ▶▶◀◀ Keesokannya Anita bangun lebih cepat, dia akan menghadirkan seminar salah satu perusahaan terbaik. Sedangkan pria yang masih posisi berbaring belum juga untuk bangun. Pintu kamar mandi terbuka Anita keluar, dia hanya menggunakan handuk melingkar di tubuhnya. Alvin yang dari tadi sudah bangun, namun malas beranjak dari tempatnya. Tanpa sengaja Alvin mencuri perhatian sosok wanita tengah mengambil baju kantornya. Ada rasa aneh pada Alvin saat ini, bukan dia tidak tertarik pada istrinya sendiri. Terdengar suara pintu dari arah kamar mandi tersebut, Alvin segera memejamkan matanya. Pura-pura dirinya masih bermimpi. Anita duduk di cermin rias, Alvin diam-diam mengintip di mana Anita sedang memoles wajahnya dan mengikat rambutnya. **** Sudah satu jam rapat yang dihadirkan oleh Alvin tidak fokus dengan produk dari dijelaskan oleh klien tersebut. Alvin sedang membayangkan tubuh Anita tadi pagi, Dia ingin segera pulang dan menjamah tubuhnya itu. “Kapan kalian berdua berikan Mama kehadiran cucu?” Dia mengingat kata-kata Mamanya kemarin malam 'cucu' Apa sudah waktunya berikan cucu untuk Mama, tapi ...   Alvin masih bingung, kenapa dia tidak memikirkan sejak awal, sudah lima bulan seharusnya dia harus menghadirkan janin di rahim istrinya. Disisi lain, Anita tengah sibuk dengan pekerjaannya pada produk terbaru yang diseminarkan, Kevin dengan senang hati hadir sebagai pendamping cinta tepuk sebelah tangannya itu. "Makan yuk!" ajaknya. Sementara sekretarisnya senyum-senyum ketika Pak Bosnya mulai beraksi pedekate dengan rekan kerjanya si Anita. “Ehem! Pak, ingat status Anita. Sudah bersuami jangan didekati nanti anu bapak hilang,” sindir lagi dari karyawannya si Susan (Ratu Nyinyir). “Diam, tidak suruh kamu mengurus hidup orang lain. Bilang saja kamu iri, itu Pak Kentong sudah menanti dirimu makan bareng!” balas Kevin pergi begitu saja. “Awas Pak, anunya hilang!” teriak Susan lagi. Buat seisi kantor cekikikan kata-kata Susan – ratu nyinyir. Sementara Alvin masih melamun membayangkan tubuh istrinya, sekotor apapun pikirannya. Sudah dia putuskan akan buat istrinya hamil dari pejuhnya. Tanpa Alvin sadari, seorang wanita telah berdiri di depannya sambil memperhatikan dirinya senyum tidak jelas itu. "Alvin!" Vanessa terus memanggil kekasihnya untuk sekian kalinya, tidak ada tanda menyahut. Dia semakin kesal kemudian secara lancang mencubit lengan pria itu. “Auw!” desis Alvin sadar dari dunia kotornya, di tatap tajam arah wanita seksi dan cantik itu sedang merenggut. “Eh ... Sayang sudah datang ...” sambutnya lembut. “Apa yang kau melamunkan sampai aku memanggil namamu sepuluh kali! Kau mencoba untuk selingkuh di belakangku?” cemberutnya bertanya di bungkuk kan tubuhnya sengaja menampakkan dua belahan depan mata pria itu. “Tidak, siapa yang selingkuh, otakmu itu terlalu aneh saja!” bantahnya sentuhan bagian itu tidak bisa dia tolak. “Jadikan kita makan siang di luar, sayang,” desahan keluar dari mulut manja si Vanessa. Bagaimana tidak mendesak tangan Alvin meremas dua kembar ukuran besar itu. “Janji dong,” bisiknya sekaligus meniup lehernya. “Sayang sudah dong kapan makan siangnya, hmm ...” “Kau menggodaku,” bisiknya terus meremas dua kembarnya. “Sayang sudah aku ... cukup ...” Vanessa tidak bisa menahan setiap sentuhan dari pria ini. Alvin terus meremas namun anehnya tidak ada tanda bangun bagian miliknya. Dia mulai gila membayangkan tubuh istrinya diangkat tubuh wanita itu ke mejanya. Di buka lebar kedua kakinya untuk makan siang menjadi hubungan panas. Para karyawan pekerjanya sedang istirahat mencari makan di luar. Secara leluasa suara desahan dari Vanessa terdengar jelas. Alvin terus memainkannya sehingga cairan kental menyapu seluruh luar liang lubangnya. **** Akhirnya sudah sore pukul lima, semangat empat lima Alvin bergegas untuk pulang. Dia akan lakukan malam pertama dengan istri tersayang. Senyuman merekah di wajahnya pun tercermin, kan. Anita baru saja sampai di rumah diantar oleh Kevin. Kevin terlalu posesif banget bukan siapa-siapa-nya masih saja berikan harapan palsu. Alvin duduk di atas ranjang dengan sikap ekstra kulkas. Wanita yang dinantinya pulang juga, di tatap wajah istrinya masih sama seperti tadi pagi. Adiknya sudah bangun minta dielus. S*tan terlalu kotor menghujatnya. Tidak butuh waktu lama Anita keluar dari kamar mandi menyegarkan tubuhnya yang letih seharian bekerja. Dia pun mulai untuk tidur, tidak mengatakan apa pun kenapa suaminya cepat pulang. Kedua matanya sudah mengantuk. Benar minta dibobokin oleh dunia mimpi. Kesempatan emas pun tiba, Alvin mendekati tubuh istrinya seperti biasa memeluk bukan itu saja tapi mendekati dua kembar yang kenyal. Anita merasa aneh kelakuan dari suaminya itu. “Malam ini kita lakukan untuk buat anak, ya?” ucap Alvin meminta jatah pertamanya. Anita menoleh dan menatap lekat wajah suaminya tidak pernah merasakan kedekatan begitu jelas tampan. “Kenapa tiba-tiba—“ Alvin tidak sabar langsung mencium bibir istrinya. Anita sulit bernapas dengan perlakuan suaminya itu, dia terus memukul d*da bidangnya. Alvin meraih tangan menghentikan perlawanan. Kini posisi Alvin berada di atasnya, semakin lama Anita terhanyut oleh ciuman panas dari suaminya. Tanpa mereka sadari air liur bercampur di mulut mereka masing-masing Alvin melepaskan ciuman. Dua kembar naik turun tidak beraturan debaran apa yang dia rasakan sekarang. Kenapa suaminya begitu b*******h. Selama dia tunggu untuk berhubungan panas pun terwujud. “Kau sudah siap? Awal pertama akan merasakan sakit di hari pertama kita berhubungan jika kita sering melakukannya akan terasa nikmat dan aku harap dengan hubungan ini kau benar-benar positif hamil. Permintaan dari Mama,” ucap Alvin panjang lebar Anita tidak bisa menolak demi Ibu Mertua. Dia hanya diam membiarkan suaminya melakukan sesukanya. Tubuhnya adalah milik suami seutuhnya, Alvin mulai menjilat dan mencium jenjang lehernya tidak lupa berikan tanda kissmark di sana. “Akh!” desis Anita merasakan gigitan dari suaminya. Sekarang kepala Alvin di bagian belahan dibukanya satu persatu kancing piyama lekat yang seksi itu. Anita malu jika tubuhnya dilihat oleh suaminya sendiri. Alvin bagai berada di surga dengan mata kepalanya sendiri tubuh seindah ini kenapa dia sia-siakan begitu saja. Sentuhan pertama bagian dua belahan itu, cukup satu genggaman saja buat hasratnya melayang. Desahan pertama dari mulut Anita. “Ini sangat indah, Sayang... kau benar ... ini benar indah dari pikiranku ...” ucapnya terus meremas dan memijat sekaligus mencubit lancip payung masih merah merona itu. “Sakit, Vin!” rintih Anita. Jauh beda sekarang adalah Anita merasakan hisapan dari dua kembarnya, Alvin sedang mengemut sangat buas, bukan itu saja jari tangan sebelah kirinya sedang mengelus bagian sensitifnya. Tangannya mulai masuk di bagian miliknya, menekan hingga sedalamnya. Namun jari Alvin membuat Anita sulit menolaknya.  Pria itu terus memainkan hingga Anita menahan rasa gairah bagiannya. Anita lebih rela menggigit bibir bawahnya tanpa sadar berdarah melukai dirinya. Alvin menatapnya dengan intens. Sekarang Alvin bersiap untuk memasukkan ke jantannya ke lubang tersebut. Di buka kedua kakinya lebar-lebar, Alvin mulai siap memasukan untuk menerobos pintu yang tertutup rapat itu. Anita  sedikit meringis kesakitan di bagiannya. Alvin mulai memacu kan untuk pertama kali, dia bisa merasakan di bagian berdenyut-denyut sedang menekan miliknya.  Anita sepertinya merasakan hangat di dalamnya, Alvin telah menyemprotkan mayonaise sebanyak-banyaknya.  Alvin telah mencapai puncak rasanya ini benar surgawi. ▶▶?◀◀
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN