Tidak terasa hubungan Alvin dan Anita semakin membahagiakan, semakin hari semakin sayang pada suaminya. Alvin setiap kali pulang kerja, selalu membawa kebahagiaan untuknya. Anita sering membuat makan siang untuk suami. Anna yang dulu galak kembali luluh dengan sikap anak dan menantunya.
Suatu ketika, Alvin harus bergegas ke kantor ada beberapa proyek harus di kerjakan olehnya. Anita terlambat bangun merasa tubuhnya sangat lelah, dan berat. Perutnya tidak nyaman
Anita pun turun dari kamarnya, ia merasa sedikit pusing belum lagi ia harus ke kantor banyak pekerjaan. apalagi produk yang bulan lalu akan di selenggarakan. Baru beberapa langkah saja, pelihatannya buram dan berputar - putar.
Anna yang baru selesai menyiram bunga menatap wajah menantunya sedikit berbeda. "Kau baik-baik saja?" tanya Anna
“Hanya pusing saja, Ma,” jawab Anita
"Cek ke dokter, ya. Takut kamu anemia."
Anita mengangguk menuruti saja, Anna mencoba menelepon Alvin untuk membawa istrinya ke rumah sakit. Telepon Alvin tidak aktif. "Tidak apa-apa, Ma. Nanti aku minta Renata menemaniku ke dokter," ucapnya pelan "Ya sudah, nanti mama telepon Alvin lagi ya," kata Anna
Renata baru sampai di rumah Alvin, di sana Anita berjalan di bantu oleh Anna.
Sampai di rumah sakit, wanita itu berbaring di brankar untuk periksa oleh dokter. Sementara Renata menunggu hasil keterangan dari dokter. Si dokternya senyum - senyum membuat dua wanita ini terheran - heran sendiri.
"Selamat kamu positif hamil," kata dokternya, membuat Renata dan Anita terbengong mendengar kabar mengejutkan.
"Yang benar, Dok? Sahabatku, hamil?" Renata bertanya lagi, takut salah. Dokternya mengangguk naik turun.
Renata bahagia, memeluk Anita langsung. "Selamat ya, Nita. Ini benar kabar gembira!" seru Renata heboh, Anita terdiam tidak menyangka saja, Saat dokter memberi resep obat dan vitamin untuk kandungannya. Anita ingin memberi kejutan pada suaminya. Ia meminta Renata mengantarnya ke kantor Alvin.
Sedangkan Alvin sibuk dengan beberapa proyek di sana, tiba Vanessa datang pria itu masih fokus dengan benda elektroniknya yaitu laptop "Sayang, ada apa denganmu? akhir-akhir ini kau terus menghindariku?" tanya Vanessa bermanja-manja.
"Apa kau tidak melihat aku sedang sibuk dengan beberapa proyek," jawab Alvin dingin masih sibuk dengan layar laptop’nya.
Vanessa tidak sengaja menjatuhkan kopi mengenai kemejanya Alvin spontan berdiri dan mundur lihat tingkah ceroboh wanita depannya itu. Anita akhirnya sampai juga di gedung milik Alvin, dia sudah tidak sabar lagi memberitahukan kabar baik pada suaminya. Renata yang masih memarkirkan mobilnya membuat wanita itu tidak bisa mengurungkan waktu lama lagi.
"Iya, Ibu hamil, sabar dulu. Ingat kata dokter, janin kamu masih rawan!" omel Renata memperingatkannya "Iya, Nyonya!" balas Anita
Saat lift terbuka, Anita dan Renata keluar, mereka menuju ruangan Alvin. Kemudian wanita dalam wajah bahagia membuka pintu tanpa mengetuk, dengan kedua matanya melebar tidak percaya. Posisi Alvin tengah menindih tubuh Vanessa. Sebaliknya sahabat wanita itu - Renata masuk dan menatap penuh amarah.
"Dasar, pria b******k!" Renata mengumpat kemudian Alvin bangun,
Satu tamparan melayang di pipi pria itu, Renata menampar Alvin. Anita keluar berlari, dia menangis. Alvin segera mengejarnya. Sedangkan Vanessa ingin menahan Alvin, Renata menghalanginya.
"Dan kau wanita tidak tahu diri!" cecar Renata memarahi Vanessa.
Anita terus berlari, Alvin mengejarnya, "Sayang! tunggu! ini salah paham!" kata Alvin. Wanita itu menepis tangan dari Alvin secara kasar.
Dia terlalu kecewa, di saat dia mulai bahagia. Suaminya malah melakukan menjijikkan katakan saja dia cemburu.
"Apa? apa yang mau di jelaskan lagi! Mas pembohong! Aku benci padamu! Aku benci!" murka wanita itu melinang air mata.
"Dengarkan aku, ini hanya salah paham aku dan Vanessa tadi hanya tidak sengaja jatuh dan tersandung. Percaya sama aku, aku tidak mungkin mengkhianati pada istriku sendiri!" ucap Alvin jujur.
"Sayang, aku punya kabar gembira, aku lupa mengatakan kepadamu. Aku hamil!” ucap Vanessa manja di depan istri - Alvin.
Bagai petir di siang bolong, Anita berkaca-kaca saat mendengar bahwa wanita itu mengaku dia menggandung atas darah daging dari suaminya. Anita melirih suaminya dan berpindah ke perut wanita cantik tinggi itu. Alvin menggeleng kuat-kuat agar istrinya jangan terlalu percaya dengan kata-kata dari Vanessa.
Sejak kapan Alvin menghamili kekasih gelapnya, terakhir dia lakukan itu tidak mengeluarkan apa pun ke rahim wanita ini.
"Anita!" teriak Alvin mengejarnya namun di tahan oleh Vanessa.
"Alvin, jangan tinggalkan aku, aku tidak ingin anakku tanpa ayah!" teriaknya.
Alvin berhenti, dia mengepalkan tangannya. Ini semua gara-gara wanita sialan menghancurkan hubungan rumah tangganya.
"Jangan pernah mengakui janin itu anakku!" ucap Alvin menegaskan pada Vanessa, Alvin kembali mengejarnya.
Alvin tengah mengejar mobil taksi yang tumpangi oleh istrinya. Renata ikut mengejar. Mobil taksi berhenti di salah satu rumah, entah itu rumah siapa. Bukan rumah Renata. Tapi, rumah orang tuanya sendiri. Anita mengetuk pintu, dan saat pintu terbuka, seorang wanita paruh baya berdiri dia adalah Rita – ibu Anita terkejut melihat kondisi anaknya Berantakan.
"Hei! Ada apa?" tanya Rita heran
"Aku ingin cerai, Ma?!" isak tangisan Anita membuat Rita mengernyit alis.
"Cerai? Ada masalah apa?" tanya Rita.
Anita melepaskan pelukan ibunya. Dia terus menangis terisak-isak. "Mas Alvin selingkuh! Aku ingin cerai!" jawabnya bersih kekeh untuk meminta cerai.
Pada malam harinya, Anita memilih diam di kamar, tidak ingin makan atau apapun. Rita yang khawatir dengan kondisi anaknya. Terpaksa ia telepon Alvin untuk datang ke rumah.