Aku duduk dengan sabar di samping ranjang tempat Deon Griffin berbaring. Aku menatap wajah tampannya yang pucat dengan perban melilit kepalanya sedang tertidur pulas tak sadarkan diri. Sudah semalaman ia tak sadarkan diri dan aku hanya bisa menangis sambil menunggunya dengan penuh harapan. “Maaf Nyonya, aku terlambat datang. Sebelum kesini aku harus menyelesaikan semua pekerjaan di Paris.” Carlson Lee yang sangat tiba-tiba datang membuyarkan lamunanku. Aku membalikkan tubuh menatapnya yang sedang berdiri menunduk di belakangku, “Carlson Lee…kamu sudah datang?” “Ya, Nyonya.” “Bagaimana urusan di London? Apa semuanya bisa di atasi?” “Hampir semua bisa di atasi, Nyonya. Tapi ada beberapa yang harus di tanda tangani oleh CEO Griffin. Jadi kami akan m