Aku masih duduk sendirian menatap Deon Griffin yang masih terbaring tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit. Sudah lebih dari dua kali 24 jam aku menemaninya, tapi belum melihat perkembangannya kearah yang lebih baik. Ia masih tertidur pulas di atas tempat tidur pasien dengan perban di kepala, dan beberapa bekas luka di tubuhnya juga belum mengering. Pria ini, pria yang sedang tertidur lelap ini benar-benar menyita hati dan pikiranku. Aku sangat takut kehilangannya, takut ia meninggalkanku untuk selamanya. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika tidak bisa melihat wajahnya lagi. Perpisahanku dengannya beberapa bulan lalu sudah cukup membuatku sangat tersiksa. Itu juga sudah cukup untuk membuatku mengerti seberapa pentingnya ia bagiku. Aku tidak ingin lagi kehil