Deg-deg! Suara detak jantung makin menggema. Debaran yang sempat berusaha aku hilangkan sekarang malah kambuh lagi dan makin parah. Mungkin karena terlalu ingin melupakannya, alhasil aku malah semakin merindukan pria ini. Aroma mint dari mulutnya seakan menyebar di wajah dan menggoda indera penciumanku. Mataku melirik jakun Pak Hen. Terlihat naik turun. Bolehkah jika aku menduga bahwa Pak Hen juga tampak tegang dan gugup saat ini? "Ziya ..." bisiknya dengan suara parau. "Ada ap-hmph!" Ya, ya, ya. Pria itu akhirnya mempertemukan bibir kami yang sudah sangat lama tidak bersua. Hanya menempel. Tapi efeknya sungguh luar biasa. Aku seperti disengat listrik ribuan volt. Perlahan tangannya meraih tengkukku. Pak Hen masih menatapku lekat. Melihatku diam dan tak melawan, Pak Hen kembali meny