Rasa Itu

1066 Kata

"Maaf, Pak. Kenapa kita belum juga pergi?" Aku mengalihkan pembicaraan. Membahas tentang perasaan di saat berduaan dalam hujan seperti ini rasanya sangat rentan. Aku juga kaget saat tahu jika yang melaporkan perusahaan milik Pak Hen ternyata pamannya sendiri. Selepas kejadian di rumah sakit itu, tidak satu pun dari keluargaku yang membahas Pak Hen denganku. Seakan memberiku ruang untuk menata hati dan melupakan pria itu. Walau pada kenyataannya terlalu sulit. Malah sekarang kami dipertemukan lagi. Ya, kadang takdir memang selucu itu. "Hujan masih sangat deras, Ziya. Petir juga masih terdengar saling bersahutan. Apa kamu tidak masalah jika kita jalan dalam cuaca ekstrim begini?" Aku melihat keluar. Apa yang dikatakan Pak Hen memang benar. Alhasil aku hanya diam menatap jalanan. Air juga

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN