Aku mengerjap. Oke, tetap tenang, Ziya! "Maaf, apa Anda bersama Nyonya Mona?" tanyaku berusaha seformal mungkin. Pak Hen mengusap hidungnya, "Itu, maaf. Ibu saya tidak bisa datang. Beliau katanya sedikit gak enak badan. Jadi saya yang mewakilinya." Aku mengangguk, "Ah, ya. Tentu saja." Buru-buru aku mengeluarkan kontrak. "Apa sudah selesai?" tanya Pak Hen. "Oh tentu saja, ini bisa Anda periksa dan ditandatangani." ucapku. Pak Hen terlihat merogoh sakunya. Lalu seperti kebingungan. "Ada pulpen?" "Tentu ada, sebentar!" ucapku lalu mengambil pulpen dari tas selempang yang aku pakai. Pak Hen tersenyum geli, "Bukankah kita butuh meja saat tanda tangan?" Sial! Kenapa rasanya sangat canggung sekali? "Oh iya, tentu saja. Mari kita duduk." "Anu, saya sudah pesan meja." Aish, aku lupa