Aku pura-pura tenang walaupun rasa takut mulai menjalar. "Maksud Anda? Kenapa harus saya?" Aku mengulang pertanyaannya. Pak Hen maju. Aku mundur. "Ya, saya tidak menyangka, waktu berlalu begitu cepat. Takdir kadang sering mempermainkan kita. Kamu Ziya, ternyata akan jadi istri saya." Perlahan aku lihat raut wajah Pak Hen terlihat berubah. Dari tegang menjadi lebih tenang. Sepertinya dia sedang berusaha mengendalikan emosi dalam dirinya. "Iya, Pak. Semoga saja keinginan Anda untuk jadi suami saya bisa terwujud. Seperti yang Anda bilang, takdir kadang suka mempermainkan kita. Penuh dengan kejutan." "Kamu punya niat untuk menolak saya?" Pak Hen terlihat sedikit kaget dengan jawabanku. "Walaupun gak niat, tapi kalau sudah takdir, kita tidak bisa mengelak kan?" "Kalau begitu, akan saya