Mommy menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan sebelum membuka kembali pembicaraan dengan Pak Hen. Aku dan Mommy sudah duduk di ruang tamu lagi. "Bagaimana, Tante?" Pak Hen terlihat tidak sabar menunggu keputusan ini. "Begini. Huft, walau saya merasa berat dengan keputusan ini, tapi demi menyelamatkan nama baik semuanya, kalian memang harus menikah secepatnya." ucap Mommy akhirnya. Pak Hen terlihat lega, "Terimakasih, Tante." Mommy terlihat kurang senang, "Ingat, Hendri. Kamu harus benar-benar menjaga anak saya. Jangan sampai lecet sedikit pun." "Pasti, Tante. Saya akan jaga Ziya." Pak Hen tersenyum dan menggenggam tanganku. "Heh! Apaan itu pegang-pegang? Lepas! Belum sah!" Mommy melotot ke arah tangan kami yang saling berpegangan. Refleks kami saling melepaskan diri.