Satu persatu undangan mulai pulang. Tersisa beberapa kerabat dekat saja yang masih terlihat asyik berbincang. Mungkin karena jarang berkumpul, jadi momen seperti ini dijadikan kesempatan untuk melepas rindu. "Si Cengeng udah nikah sekarang, gak nyangka, haha." Celotehan Abang Sablengku sukses bikin aku melotot padanya. "Apa sih, Bang? Siapa yang cengeng?" "Haha, iya, iya, yang sekarang sudah dewasa. Oh ya, suamimu mana?" Bang Moza celingukan. "Tadi bilangnya mau ke toilet dulu," jawabku sambil mengangkat bahu. "Kok lama amat? Jangan-jangan dia pingsan di toilet lagi." "Ish, kamu jangan bilang yang jelek-jelek, Mas. Doain yang baik-baik, apalagi buat pengantin baru," Mbak Bella memukul pelan lengan suaminya. "Iya tahu tuh, Mbak. Udah punya anak juga, mulutnya masih dibumbuin cabe gen