Aku gelagapan. Keceplosan sih. Tapi kalau tidak dikasih tahu, sampai kapan Pak Hen akan terus mengira jika surat wasiat itu tidak palsu? "Ya, saya yang mengambilnya. Apa Anda kehilangan surat itu?" tanyaku dengan nada datar. "Berani sekali kamu, Ziya. Saya tidak mengira jika kamu yang mengambilnya." "Tidak usah kaget, Pak. Jangan Anda kira selama Anda menyakiti saya, saya tinggal diam. Selama ini saya mencari tahu tentang alasan Anda membenci saya dan keluarga saya, Pak." "Itu bukan urusanmu, Ziya." "Jelas itu bagian dari urusan saya." "Dimana surat wasiat itu, Ziya?" "Saya sudah serahkan surat itu pada ayah saya." "Beraninya kau!" Pak Hen hendak bangun tapi ia meringis. Tangannya memegang kepala. "Jangan terlalu banyak bergerak. Anda belum pulih sepenuhnya." "Harusnya kamu bia