Aku beringsut bangun. Pak Hen juga mengambil bajunya lalu pergi keluar dari kamar. Sebelum keluar, aku memeriksa beberapa bagian tubuhku yang sudah diserang. Sial, semuanya meninggalkan bekas. Beberapa bahkan nampak ungu. Banyak sekali. Bagaimana aku menutupi semua bekas hisapan ini? Yang tadi itu sebenarnya sangat melenakan. Bahkan hampir saja aku berpikir jika pernikahan kami terasa normal seperti orang lain. b******u mesra tanpa ada rasa dendam ataupun dusta. Tapi Pak Hen berhenti saat menyadari tangisanku. Jika memang dia membenciku seharusnya dia senang saat aku menangis terluka. Tapi ia malah berhenti. Apa pria itu ingin aku lebih menderita? Aku keluar dari kamar setelah berhasil menutupi leherku dengan syal. Mau bagaimana lagi, tanda ini sulit dihapus bahkan dengan make up pun