"Aw, Sssttttt!" Alex yang tiba-tiba saja langsung merasakan sesuatu di juniornya.
"M_mas Alex, m_mas Alex nggak papa kan? K_kok mas Alex kayak kesakitan?" Dinda yang masih polos pun panik.
"Aw, Sssttttt, sial! Kenapa aku harus merasakan hal seperti ini, sih?" Alex yang kesal karena ia tidak bisa mengontrol nafsunya disaat dekat dengannya.
"M_mas Alex, kok mas Alex diem? M_mas Alex nggak papa kan?" Tanya Dinda lagi, semakin panik. Sehingga Alex yang mendengarnya pun, seketika langsung terbangun dari bengongnya.
"Aw, Ssssttt! Aduh, aduh, aduuuh! Awas! Berat tau!" Teriaknya pura-pura marah dengan alasan seperti itu, sambil buru-buru mendorongnya dengan kencang dari atas tubuhnya. Sehingga membuat Dinda pun terjatuh dan tersungkur di atas kasur tersebut.
"Aw, Sssttttt! Kok mas dorong Dinda sih? Sakit tau!" Ucapannya kesal.
"Lagian kamu ngapain, sih? Pakai lama-lama berbaring di atas tubuh mas? Kamu pikir badan kamu yang gendut ini, nggak berat apa?" Ucap Alex, yang dengan secara tiba-tiba menyebutnya seperti itu. Sehingga Dinda yang sedang kesakitan pun, seketika langsung kaget mendengarnya.
"A_apa tadi mas Alex bilang? Mas Alex ngatain badan Dinda yang seproporsional ini, gendut?" Ucapnya gugup, karena ia benar-benar tidak percaya dengan ucapannya itu.
"Iya, emang kenapa? Emang kenyataannya badan kamu ini gendut kan?" Ucap Alex lagi-lagi menyebutnya seperti itu. Sehingga Dinda yang mendengarnya pun, seketika langsung terdiam sambil menatapnya dengan tatapan penuh dengan dendam.
"Iiiihhh, mas Aleeeeex! Badan Dinda ini nggak gendut, maaas! Badan Dinda ini seksiiiii, badan Dinda ini ideal, badan Dinda ini proporsionaaaal!" Teriaknya yang langsung saja merengek-rengek, dan menjambak-jambak rambutnya dengan sangat kencang. Karena ia benar-benar tidak terima dengan sebutannya itu. Sehingga membuat Alex pun, tak tahan lagi dengan tingkah lakunya itu.
"Iya, udah, udah, stoooooooooop!" Teriaknya sambil buru-buru melepaskan rambutnya itu dari cengkeramannya.
"Iya, iya! Badan kamu ini nggak gendut! Badan kamu ini seksi, badan kamu ini ideal, badan kamu ini proporsional!" Teriaknya lagi, yang terpaksa mengakui itu semua. Agar Dinda istrinya itu berhenti merengek-rengek seperti itu lagi kepadanya.
"Puas kamu!" Ucapnya lagi dengan sangat jelas, tepat di hadapannya. Sehingga Dinda yang mendengarnya pun, seketika langsung tersenyum, karena saking senangnya. Kemudian, dengan sangat manjanya ia pun langsung mendekat kearahnya.
"Lagian mas sih, ngata-ngatain badan Dinda kayak gitu! Badan Dinda ini kan nggak gendut mas! Badan Dinda ini kan seksi, badan Dinda ini kan ideal, badan Dinda ini kan proporsio,,,,,," Seketika ucapnya itu pun terpotong.
"Eeehhh iya, iya, udah! Stop! Stop nggak usah dilanjutin lagi, yah!" Ucap Alex yang sudah benar-benar capek mendengar ucapannya itu.
"Lebih baik sekarang kamu cepet-cepet pindah ke sofa, terus tidur! Karena mas juga sekarang mau tidur!"
"Ingat! Mas nggak mau kalau sampai tidur mas ini, diganggu sama kamu! Ngerti?"
"Iya deh, iya! Dinda pindah ke sofa nih sekarang!" Ucap Dinda, yang kemudian langsung buru-buru beranjak kembali dari tempat tidur tersebut, dan langsung buru-buru melangkah menuju sofa tersebut. Sehingga Alex yang melihatnya pun, seketika langsung menghela nafas pelan dan membuangnya kasar.
"Aduuuuuh!" Ucapnya.
"Mau sampai kapan aku bisa bertahan hidup dengan gadis labil, manja, centil, bawel, kayak dia?" Ucapnya lagi sambil terus menatap kearahnya, yang sekarang ini sudah berbaring di atas sofa tersebut. Sepertinya sekarang ini, ia benar-benar sudah merasa sangat kepusingan menghadapi tingkah lakunya itu.
Beberapa jam kemudian,,,,,,
MASIH DI KAMAR ALEX.
"Iiiiiihhhh! Kalau kayak gini, kapan aku tidurnya? Mana besok aku udah mulai magang lagi, bisa-bisa besok aku kesiangan kalau kayak gini ceritanya!" Dinda yang dari tadi kesal, karena malam ini ia benar-benar tidak bisa tidur sama sekali, dan terus-terusan terusik dari tidurnya.
"Mas Alex itu bener-bener tega banget, yah? Masa istrinya sendiri disuruh tidur di sofa sekecil ini? Sedangkan dia,,,," seketika ia pun langsung terdiam, sambil menatap sinis kearahnya, yang sekarang ini malah justru sudah tertidur dengan sangat pulas di tempat tidurnya yang sangat besar, mewah, dan terlihat sangatlah nyaman itu, yang sangat berbanding terbalik dengan keadaan tempat tidurnya sekarang ini. Sehingga Dinda yang melihatnya pun, seketika langsung menghela nafas pelan dan membuangnya kasar.
"Sabar Dinda, sabaaaar! Nanti juga kamu pasti akan terbiasa kok, tidur disini! Sekarang kamu nggak bisa tidur, mungkin karena kamu belum terbiasa aja, nanti juga lama-lama kamu terbiasa kok!" Ucapnya lagi, yang langsung saja mengusap-usap dadanya agar ia bisa sabar, dan bisa menerima keadaan. Kemudian, ia pun langsung mencoba memejamkan matanya kembali, untuk tidur. Namun belum juga sempat ia tertidur, tiba-tiba saja ia ingat akan teman-teman sekolahnya, Sinta, Nita, dan Tari.
"Oh iya! Tapi ngomongin masalah magang, aku jadi inget sama anak-anak nih! Gimana kabar mereka yah, sekarang?" Ucapnya lagi.
"Aku coba chat mereka di grup, ah! Udah hampir dua hari aku nggak ngasih kabar sama mereka!" Ucapnya lagi, serius. Kalau hampir dua hari, ia memang tidak memberikan mereka semua kabar. Dikarenakan Ibu Sari mamahnya lah yang sengaja menyuruhnya untuk menonaktifkan Handphone nya. Tujuannya yaitu, agar tidak ada satu orang pun yang tau atau menggangu acara pernikahan privatenya kemarin, dengan Alex.
"Iya bener, mendingan sekarang aku chat mereka aja!" Ucapnya lagi, yang kemudian langsung buru-buru mengambil ponselnya, yang ia simpan di dalam tasnya.
"Eh, tapi di mana yah? Kok Handphone aku nggak ada? Di mana yah?" Ucapnya lagi bingung, sambil terus mencari-cari ponselnya itu didalam tas miliknya.
"Oh iya! Kalau nggak salah, tadi itu kan pas aku lagi pakai krim perawatan, aku naruh Handphone aku itu di atas meja rias mas Alex yah?" Ucapnya lagi, yang tiba-tiba saja mengingat dimana terakhir ia menaruh Ponselnya itu. Kemudian dengan segera, ia pun langsung buru-buru melangkah menuju meja rias tersebut, untuk mengambilnya.
"Tuuuuh kan, bener ada disini!" Ucapnya lagi sambil tersenyum, menatap kearah ponselnya itu yang masih tergeletak di atas meja rias tersebut. Kemudian dengan cerobohnya, tanpa melihat-melihat terlebih dahulu, ia pun langsung buru-buru mengambilnya. Sehingga ia pun tidak menyadari jika ponselnya itu menyenggol sebuah foto, yaitu foto Cindy (Cinta masa kecil Alex) yang masih terpajang dengan sangat rapi di atas meja rias tersebut.
PRAAAAAKKK! Seketika foto tersebut pun langsung pecah berkeping-keping, terjatuh kelantai.
"Y_ya ampun, ya ampun! I_ini foto siapa nih? Mana pecah kayak gini lagi, bisa-bisa mas Alex marah nih kalau kayak gini!" Ucapnya lagi dengan sangat gugup dan tergesa-gesanya, karena saking paniknya. Karena meskipun ia baru mengenal Alex suaminya, akan tetapi ia benar-benar tau betul, seperti apa wataknya itu.
"Aku harus gimana nih, sekarang? Aduuuuuh! A_aku harus giman,,,,,,," seketika ucapnya itu pun, langsung terpotong.
"Dinda! Suara apaan itu? Apaan yang pecah?" Teriak Alex, yang tak sengaja terbangun karena mendengar suara pecahan tersebut.
"Aduuuuh! Mati aku! Mas Alex bangun lagi, aku harus gimana nih sekarang? Apa yang harus aku lakukan?" Ucapnya lagi, bingung dan semakin panik, sambil terus modar-mandir. Hingga akhirnya, Alex yang tidak mendengar adanya jawaban darinya pun, langsung datang menghampirinya