Bab 8.

1069 Kata
"Ya ampun, Dindaaa! Apa-apaan ini?" Teriak Alex dengan raut wajah yang sangat marah, sambil menatap kearah foto tersebut yang sudah dalam keadaan hancur. "M_ mas Alex?" Ucap Dinda gugup, karena saking kagetnya. "S_ sorry mas! D_Dinda bener-bener nggak sengaja mecahin foto ini! D_Dinda bener-bener nggak sengaja mas!" Ucapnya lagi ketakutan, sambil buru-buru membereskan satu-persatu pecahan-pecahan foto tersebut. "Jangan sentuh foto itu!" Alex yang malah justru langsung membentaknya, dengan sangat kencang. Sehingga Dinda yang mendengarnya pun, seketika langsung kaget dibuatnya. Bahkan karena saking kagetnya, sampai-sampai pecahan kaca foto yang sedang ia pegang itu pun, tak sengaja menusuk jari-jari cantiknya hingga terluka, dan akhirnya berdarah. "Aw, Sssttttt! Aduh, aduuuh!" Ucapnya kesakitan, sambil buru-buru menatap kearah lukanya itu. Namun sayang, melihatnya terluka kesakitan sampai berdarah seperti itu, Alex tidak perduli dan tidak menghiraukannya sama sekali. Ia malah justru langsung melangkah dan jongkok tepat di hadapan foto tersebut, sambil memandanginya dengan mata yang berkaca-kaca. Sehingga Dinda yang sekarang ini sedang kesakitan pun, lupa akan rasa sakitnya itu, karena saking merasa bersalahnya kepadanya. "S_ sorry yah mas! T_tadi itu Dinda bener-bener nggak sengaja mecahin foto ini! D_Dinda ini bener-bener nggak sengaja, mas!" Ucapnya, yang lagi-lagi meminta maaf seperti itu kepadapnya. Namun sayang, bukannya memaafkan, Alex suaminya itu malah justru langsung kembali membentaknya. "Kamu tau, hah? Kamu tau nggak siapa perempuan yang ada didalam foto ini? Dan betapa berartinya perempuan yang ada didalam foto ini buat mas, hah?" Ucapnya, yang kemudian langsung mendekat ke arahnya. "Perempuan yang ada didalam foto ini, adalah cinta masa kecil mas! Dan perempuan yang ada didalam foto ini, itu sangat-sangat berarti buat mas! Bahkan di dunia ini, tidak akan pernah ada satu perempuan pun yang lebih penting lagi dari pada perempuan ini!" Teriaknya. "Dan kamu! Sampai kapanpun juga, kamu ini nggak akan pernah bisa menggantikan perempuan yang ada di foto ini! Karena apa? Karena sampai kapanpun cinta dan sayang mas ini, cuma untuk cinta masa kecil mas!" Teriaknya lagi dengan sangat jelas menyebutnya seperti itu, tepat dihadapannya. "I_ iya mas, D_Dinda tau! T_ tapi tadi itu Dinda bener-bener nggak sengaj,,,,,,," Lagi-lagi ucapan Dinda pun, langsung terpotong. "Keluar sekarang juga!" Ucap Alex, yang malah justru langsung mengusirnya dari dalam kamarnya. "T_ tapi mas, mas Alex nggak bisa dong nyuruh Dinda keluar begitu aja! T_ tadi itu Dinda bener-bener nggak sengaja mecahin foto ini, mas! D_Dinda nggak bohong! T_ tadi itu Dinda bener-bener nggak sengaj,,,,," Lagi- lagi ucapan Dinda pun, langsung terpotong "Saya bilang, keluar sekarang juga!" Alex yang malah justru langsung membentaknya kembali, dan langsung mengusirnya lagi dari dalam kamar tersebut. Sehingga Dinda yang mendengarnya pun, akhirnya terpancing juga emosinya. "Iiiiiihhhh!" Ucapnya kesal, sambil buru-buru keluar dari dalam kamar tersebut, dan langsung membanting pintunya dengan sangat kencang JEBREEET! Kemudian ia pun langsung pergi entah kemana, meninggalkannya hanya sendiri di dalam kamar tersebut. "Maafin aku, Cindy! Gara-gara aku, foto kamu jadi pecah dan hancur kayak gini! Aku benar-benar minta maaf!" Ucapnya, yang dari tadi masih terus meratapi foto tersebut dengan mata yang masih berkaca-kaca, sambil membereskan satu persatu pecahan-pecahan foto tersebut. "Tapi satu yang harus selalu kamu ingat Cindy! Sampai kapanpun, nggak akan pernah ada perempuan yang bisa menggantikan posisi kamu, di hati aku!" "Karena apa? Karena hanya perempuan dewasa dan solehah seperti kamu, yang bisa dan paling cocok untuk mendampingi hidup aku!" "Dan aku juga janji sama kamu, Cindy! Aku akan selalu menunggu kamu, sampai kapan pun! Dan aku juga janji, aku pasti akan menepati janji aku dulu, untuk menikahi kamu, untuk menikahi cinta masa kecil aku!" Ucapnya lagi, sambil terus memandangi foto tersebut. Kemudian setelah ia puas memandangi foto tersebut, ia pun langsung menyimpannya kembali di tempat semula, dan langsung buru-buru melangkah kembali menuju tempat tidurnya untuk tidur. Namun belum juga sempat ia tertidur, tiba-tiba saja ia mendengar suara seorang perempuan yang sedang teriak-teriak, dilantai teratas dari gedung rumahnya. "Tuhaaaan! Kenapa sih, Tuhan nggak adil sama Dinda? Kenapa sih, Dinda harus menikah sama laki-laki dingin dan galak kayak mas Alex?" Teriak perempuan tersebut, yang sudah pasti adalah Dinda. Iya, perempuan tersebut adalah, Dinda. Karena ternyata, saat ia tadi diusir oleh Alex suaminya, ia langsung buru-buru melangkah naik menuju tempat tersebut, untuk mencari ketenangan sambil memandangi bintang-bintang di langit, dan juga merasakan dinginnya angin malam. "Dinda nggak mau, Tuhaaan! Dinda nggak mau punya suami dingin dan galak, kayak mas Aleeex! Dinda nggak mauuu!" Teriaknya lagi, semakin kencang. Sehingga Alex yang sedang mendengarkan suara teriakkan tersebut pun, kesal. Karena suara teriakkan tersebut terdengar cukup jelas dari dalam kamarnya. "Apa-apaan sih itu gadis labil! Ngapain coba, pakai teriak-teriak diatas kayak gitu?" Ucapnya, yang kemudian langsung buru-buru melangkah naik menuju tempat tersebut, untuk menghampirinya. "Kalau mamah sampai denger, apalagi sampai tau kejadian ini, bisa bahaya nih!" Ucapnya lagi, yang ternyata takut juga akan hal itu. Kemudian, ia pun langsung buru-buru melangkah kembali menuju tempat tersebut, untuk menghampirinya. Namun baru juga ia sampai di depan pintu keluar tempat tersebut, tiba-tiba saja langkahnya langsung terhenti. Karena dengan secara tiba-tiba, ia pun melihat Dinda istrinya itu yang sedang duduk, sambil menangis. "Hiks,, hiks,,, Aw, Sssttttt! Sakiiiit!" Rengekannya kesakitan, sambil meniupi luka di jari-jari cantiknya itu, yang sampai sekarang pun masih terlihat terus mengeluarkan cukup banyak darah. "Hiks,, hiks,, mas Alex itu bener-bener tega banget sama Dinda! Hiks,, hiks,, padahal kan tadi itu Dinda udah jelas-jelas kasih tau mas Alex, kalau Dinda ini nggak sengaja mecahin foto itu! Hiks,, hiks,, tapi kenapa mas Alex malah justru ngusir Dinda?" Ucapnya lagi, yang masih terus menangis, sambil terus kesakitan meniupi lukanya. Sehingga Alex yang melihatnya pun, seketika langsung terdiam. "Apa tadi itu, aku terlalu kasar yah sama dia?" Ucapnya dalam hati, yang entah mengapa tiba-tiba saja merasa kasihan kepadanya. "Hiks,, hiks,, waktu aku masih kecil, hiks,, hiks,, Tante aku selalu ngomong sama aku. Hiks,, hiks,, katanya kalau orang punya pacar, atau orang yang udah punya suami itu, seneng! Hiks,, hiks,, karena nantinya akan ada seseorang yang selalu nolongin kita, atau selalu ngelindungi kita! Hiks,, hiks,, tapi kenyataannya nggak! Hiks,, hiks,, kenyataannya mas Alex nggak kayak gitu sama Dinda! Hiks,, hiks,, boro-boro mas Alex nolongin atau ngelindungin Dinda, hiks,, hiks,, yang ada juga mas Alex itu marah-marah terus sama Dinda!" Ucapnya lagi, yang dengan secara tiba-tiba ingat akan ucapnya Tantenya dulu, sewaktu ia masih kecil. Sehingga Alex yang dari tadi masih memperhatikannya pun, DEG! Seketika jantungnya pun langsung bergetar. "K_ kata-kata itu! A_ aku kayak pernah dengar kata-kata itu? Tapi dimana yah?" Ucapnya dalam hati, yang memang benar-benar seperti pernah mendengar kata-kata tersebut, akan tetapi ia lupa kapan dan dimana mendengarnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN