“Bagaimana kabar-Om? Bagaimana kabar pe-peru-sahaan?” “Kenapa kamu membawa percakapan dalam situasi seperti ini, heh?” Redy menyeringai lebar, pria itu masih mengepulkan asap rokoknya, sesaat kemudian pria itu membuangnya ke dalam westafel di depan mereka berdua. Cukup lama keduanya tinggal di dalam ruangan empat kali empat meter tersebut. Kirana memejamkan kedua matanya rapat-rapat, meremas tepian westafel di depannya. Redy tinggal di belakang punggungnya memberikan desakan dalam dalam ritme cepat. Redy begitu puas melihat Kirana menggigit bibir bawahnya bersama erangan pelan dari bibirnya melalui cermin westafel di depan mereka. Tubuh wanita itu terus terguncang akibat ulahnya. Redy meremas pelan dadanya memberikan kecupan di belakang tengkuk Kirana. “Aku sangat menyukai ini.” Desi