Setelah memberi hormat dan juga berdoa di depan pusaran mendiang permaisuri terdahulu yang tidak lain adalah ibu kandungnya Aryasetya. Adhisti merasakan perasaannya lebih tenang dan rasa benci yang tersisa di dalam hatinya sudah sepenuhnya menghilang terhadap Aryasetya. Sehingga, Adhisti bisa bernapas dengan lega karena hatinya sudah sepenuhnya bisa memaafkan kesalahannya Aryasetya yang mungkin pada awalnya, dia sulit untuk memaafkannya. Kini, Adhisti pun perlahan tersenyum dan menatap ke arah Aryasetya yang masih memejamkan matanya, karena masih fokus berdoa untuk mendiang ibunya itu. Adhisti terus menatapnya dan semakin dia menatapnya lebih lama, hatinya semakin terasa sulit untuk tidak membantah jika dirinya masih sangat mencintai pria yang ada dihadapannya itu dan Adhisti tida

