“Mas,” Kaki yang hampir melangkah keluar dari pintu itu terhenti. Sedikit menunduk, menatap bayangan wanita yang begitu ia sukai itu beranjak dari kursi. Lalu berdiri, menghadap ke arahnya. Diam, itu yang mengisi jeda diantara mereka berdua. Bibir Nanda berkedut, jari-jemari saling memilin dengan kedua mata menatap punggung lebar lelaki dengan perasaan tulus itu. Siapa yang tak akan trenyuh mendengar pengakuan dari seseorang secara langsung di hadapannya? Dan ternyata perasaan itu sudah di pendam selama puluhan tahun. Setitik rasa bahagia itu, pasti ada. Namun, kesedihannya lebih mendominasi. Andai saja, andai dia masih sama seperti dulu, seperti beberapa tahun yang lalu. Wanita sempurna, wanita normal dan masih bisa memberikan apa yang menjadi prioritas sebuah hubungan bernama pernika