Bhuk! Sebuah tinjuan dengan sekuat tenaga yang pak Ahmad layangkan, membuat Andra sedikit terhuyung. Tenaga tua, dan tentu tenaga yang Andra punya jauh lebih kuat. Andra membuka mulut, menggerakkannya untuk membuat rasa nyeri di pipi sedikit mengendur. Sakit sih, tapi masih bisa ia tahan. Kembali mengangkat kepala, menatap pada lelaki yang rambutnya sudah putih sebagian. “Bahkan saya sendiri nggak pernah tau kalau anak saya sudah pernah hamil. Dia keguguran dua kali!” mengangkat tangan dengan dua jari bergetar, di tunjukkan ke Andra. Terlihat begitu jelas kekecewaan seorang ayah. “Saya sudah memilihkan calon suami yang baik, tapi kenapa kamu tidak menjauhi anak saya, hn?! Kenapa kamu malah merusaknya?! Bahkan sampai dia hamil!” dia mendorong dadaa Andra, membuat Andra jadi mundur. “Kamu