Daniel juga menatap Meta lekat. Ia duduk di tepi ranjang tepat di depan Meta. Meta terlihat tegar dan sama sekali tidak memperlihatkan sisi sebagai wanita lemah dan butuh sandaran. "Kamu selalu kuat, Meta," ucap Daniel dengan senyum penuh arti. "Aku tidak sekuat itu, Ndra ..." ucap Meta spotan. "Bisa gak, kalau tidak memanggil nama masa laluku, Met. Aku tidak suka. Nama yang selalu membuat aku terluka," jelas Daniel dengan mata memerah karena emosi. Mata Meta menatap Daniel lekat sekali. "Kenapa? Nama kamu bagus," jelas Meta dengan perasaan bingng. "Hmmm ... Tidak dengan takdirnya ..." jawabnya parau. Meta terdiam dan tidak mau menjawab lagi. "Bener kan? Apa yang aku bilang ..." imbuh Daniel dengan senyum penuh kemenangan. "Gak sepenuhnya benar juga. Pak Dokter Daniel. Aku gak m