21

1522 Kata

Pagi datang pelan, menyusup lewat celah tirai jendela kamar. Sinar matahari menari -nari di permukaan selimut, menyorot wajah Sekar yang tertidur dengan senyum kecil di bibirnya. Dimas belum bangun, tangannya masih melingkari pinggang istrinya, seperti takut kehilangan. Tubuh mereka saling menempel, hangat, dan nyaman. Tak ada lagi jarak, tak ada lagi keraguan. Untuk pertama kalinya setelah semua luka itu, Sekar merasa... utuh. Bebas. Ia tak lagi terpenjara oleh rasa takut kehilangan Dimas, karena semalam, ia merasakan sendiri Dimas tak akan pergi. Cinta itu masih ada. Dan tubuh lelaki itu, yang selama ini membuatnya candu dan gila, telah kembali menjadi miliknya sepenuhnya. Dimas mengerang pelan, menggeliat sedikit sebelum membuka mata. Matanya langsung menangkap wajah Sekar yang menata

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN