Amelia’s POV Aku duduk di ruang tunggu bandara Sultan Iskandar Muda bersama Samuel, menunggu panggilan boarding pesawat yang akan membawa aku dan Samuel kembali ke Medan. Di tengah hiruk pikuk suasana bandara, suara Samuel terasa seperti pelukan yang menenangkan. Dia bukan hanya pendengar yang baik, tapi juga teman bicara yang selalu membuatku nyaman. “Kenapa kamu malah belikan aku kaos souvenir bertuliskan Banda Aceh? Kenapa nggak kemeja, biar aku kelihatan lebih keren? Lihat deh, sekarang aku kelihatan kayak supir pribadimu,” Samuel menggerutu sambil memandangi kaos oblong yang dipakainya. Matanya lalu melirikku dari ujung rambut hingga ujung kaki, menyoroti blouse warna biru langit yang kupadu dengan sweaterku yang kubeli di toko di sebelah hotel. Aku tertawa kecil. “Karena toko