Tampak seorang pria yang berbaring di atas rumput. Tangan kanannya ia letakkan di atas dahi, menghalau terik matahari yang mengganggu pandangannya. Sementara tangan yang lain, sebagai bantalan untuk kepalanya. Seharian ini, Fikar berbaring di atas rumput yang syukurnya masih terbilang bersih dan layak untuk dibaringi tanpa alas apa pun. Berbaringnya bukan untuk melepas penat. Akan tetapi, memikirkan sesuatu yang rasanya terlalu sakit untuk dipikirkan. Bahkan terlalu konyol untuk dipikirkan. Sekali lagi, Fikar menekan selalu pikirannya sendiri bahwa Almira bukanlah satu-satunya wanita di dunia ini. Ia harus melupakan, ia harus memendam segala rasa teruntuk wanita itu. Sepuluh tahun memang bukan waktu yang sedikit. Namun, jika benar-benar niat melupakan, maka itu akan terasa mudah, bukan?