20. Di balik Kekecewaan

1631 Kata

Zharif meringis pelan saat kapas beralkohol itu mengenai luka-luka di wajahnya. Saat ini, ia berada di ruang kesehatan yang terdapat di kantor. Temannya, yakni Satria, langsung membawanya ke sini. "Sebenarnya ada apa?" tanya Satria sembari menyodorkan minuman hangat untuk Zharif. "Jangan dibahas," sahut Zharif dengan cueknya. Satria mendengus. "Kenapa? Dan, istrimu kenapa?" Zharif melayangkan tatapan tajamnya pada Satria. "Jangan dibahas aku bilang." "Memang apa salahnya coba?" "Semua sudah jelas. Tak perlu untuk dibahas ulang lagi." Satria rasanya ingin mencakar-cakar wajah Zharif sekarang. Biar luka itu makin menganga lebar, mampus, batin Satria dengan kesal. Sikap dari Zharif menurutnya sungguh kekanak-kanakan. Tak mau mendengar, tahu mau tahu, pokoknya fokus dengan dirinya sendir

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN