Mobil itu berhenti tepat di depan pagar rumah berwarna hitam pada sebuah rumah bertingkat dua. Keluarlah seorang lelaki dengan pakaian kasual. Tangannya memegang sebuah surat titipan. Lelaki itu, Satria. Kini sedang berdiri di kediaman Zharif. Satria tersenyum dan melambaikan tangannya pada seorang gadis kecil yang sedang bermain dengan seorang bibi di halaman rumah. "Paman Satlia, 'kan? Temannya Papa?" tanya Rayya, berdiri di samping Bi Rum yang membukakan pagar rumah. "Iya," balas Satria singkat sembari mengacak-acak rambut Rayya. "Loh? Kok bisa ke sini? Papa mana? Papa nggak ikut?" "Tidak. Papamu lagi sibuk banget di sana," balas Satria. Kini lelaki itu berjongkok di depan Rayya yang tampak mengerutkan dahinya dengan bibir berkedut lucu. "Tlus ngapain dong Paman Satlia di sini?" "